Manado – Badan Koordinasi Daerah (Bakorda) Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Sulut mendesak pembentukan Badan Otoritas Pangan oleh pemerintah. Desakan itu menyusul kenaikan harga dan kelangkaan kedelai di pasaran. Lembaga pangan yang ada saat ini dinilai tidak mampu menjamin kesediaan dan stabilitas.
“Untuk itu Fokusmaker Sulut akan menyurat ke Fraksi Golkar di DPR RI untuk mendorong agar pemerintah secara serius dan sungguh-sungguh merealisasikan rencana swasembada pangan untuk menegakan kedaulatan pangan,” kata juru bicara Fokusmaker, Dandrem Nipur Caroba.
Menurut Caroba, kenaikan harga kedelai di dalam negeri bukan hanya karena faktor eksternal, tapi juga sebab internal. Fokusmaker menduga ada permainan importir kedelai. Mereka inilah yang selama ini menguasai stok kedelai.
“Kami khawatir sesungguhnya kenaikan harga kedelai saat ini sudah identik dengan praktek kartel,” kata Caroba.
Dalam jangka pendek, kata Caroba, untuk mencegah permainan segelintir importir itu seharusnya pemerintah memberikan kesempatan atau akses lebih kepada koperasi atau industri kecil dan menengah untuk mengimpor sendiri.
Di sisi lain, kata Caroba, pemerintah harus mengevaluasi masalah ketahanan pangan. Caroba mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS). Menurutnya, selama Januari-Juni 2011, impor pangan Indonesia mencapai 11,33 juta ton dengan nilai 5,36 miliar dollar AS atau setara dengan Rp45 triliun. (oke)
Manado – Badan Koordinasi Daerah (Bakorda) Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Sulut mendesak pembentukan Badan Otoritas Pangan oleh pemerintah. Desakan itu menyusul kenaikan harga dan kelangkaan kedelai di pasaran. Lembaga pangan yang ada saat ini dinilai tidak mampu menjamin kesediaan dan stabilitas.
“Untuk itu Fokusmaker Sulut akan menyurat ke Fraksi Golkar di DPR RI untuk mendorong agar pemerintah secara serius dan sungguh-sungguh merealisasikan rencana swasembada pangan untuk menegakan kedaulatan pangan,” kata juru bicara Fokusmaker, Dandrem Nipur Caroba.
Menurut Caroba, kenaikan harga kedelai di dalam negeri bukan hanya karena faktor eksternal, tapi juga sebab internal. Fokusmaker menduga ada permainan importir kedelai. Mereka inilah yang selama ini menguasai stok kedelai.
“Kami khawatir sesungguhnya kenaikan harga kedelai saat ini sudah identik dengan praktek kartel,” kata Caroba.
Dalam jangka pendek, kata Caroba, untuk mencegah permainan segelintir importir itu seharusnya pemerintah memberikan kesempatan atau akses lebih kepada koperasi atau industri kecil dan menengah untuk mengimpor sendiri.
Di sisi lain, kata Caroba, pemerintah harus mengevaluasi masalah ketahanan pangan. Caroba mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS). Menurutnya, selama Januari-Juni 2011, impor pangan Indonesia mencapai 11,33 juta ton dengan nilai 5,36 miliar dollar AS atau setara dengan Rp45 triliun. (oke)