Manado — Pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sam Ratulangi Ferry Daud Liando mengungkapkan, Partai Gerindra memiliki empat tantangan jika ingin menjadi pemenang pada Pemilu 2024 di Sulawesi Utara.
Demikian Ferry Liando kepada Beritamanado.com lewat komunikasi Whatsapp, Jumat (9/7/2021) ketika diminta menanggapi Ketua DPD Partai Gerindra Sulawesi Utara, Conny Lolyta Rumondor yang bertekad menjadikan partainya sebagai pemenang pada pemilihan umum 2024 (Beritamanado.com, Selasa, 6 Juli 2021: Conny Lolyta Rumondor Bertekad Bawa Gerindra Jadi Pemenang di Sulawesi Utara).
Menurut Ferry, empat tantangan yang dihadapi Gerindra adalah;
Pertama Gerindra tidak bisa mengusung calon presiden sendiri, karena perolehan kursinya pada Pemilu 2019 tidak mencapai 20% kursi atau presidential threshold.
Presidential threshold adalah syarat minimal jumlah suara atau kursi partai politik di parlemen yang harus dikumpulkan oleh calon presiden-wakil presiden agar mereka bisa maju di pemilihan presiden.
“Gerindra butuh dukungan partai lain agar syarat pencalonan presiden terpenuhi,” katanya.
Padahal, tambahnya, dalam literatur politik ketokohan Prabowo Subianto sebagai calon presiden bisa memberi efek ekor jas atau coattail effect.
“Salah satu pemicu kemenangan PDIP pada pemilu 2014 dan 2019 adalah senangnya publik kepada Jokowi.”
Jadi, katanya, pemilih Joko Widodo sejalan dengan sikapnya dalam memilih partai.
Hal itu, ujarnya, pernah terjadi juga di Partai Demokrat.
Partai Demokrat memperoleh suara mayoritas, karena pengaruh figur Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi calon presiden waktu itu.
“Tentu Gerindra akan mengalami peluang yang sama jika Prabowo benar-benar akan menjadi calon presiden.”
Tantangan kedua, ujarnya, Gerindra harus rajin meyakinkan publik berkait ideologi partai tersebut.
Pada Pemilu 2019 misalnya, tambah Ferry, Gerindra sering dikait-kaitkan dengan gerakan kelompok radikal, dan kondisi demikian menjadi salah satu pemicu jebloknya suara mereka di Sulawesi Utara.
Tantangan ketiga, tambahnya, seringnya Gerindra mengganti ketua tidak sesuai periodesasi akan sangat melemahkan partai itu.
Gerindra telah beberapa kali mengganti ketua tanpa musyawarah daerah.
“Tentu tidak baik bagi demokrasi dan internal partai,” ujarnya.
Tantangan keempat, ungkapnya, Gerindra harus menyeimbangi kekuatan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang sangat solid sekarang ini.
“PDIP menjadi partai kuat, karena kelembagaannya juga sangat kuat. Jarang ada konflik internal,” katanya tegas.
Meski demikian, katanya, Gerindra tetap berpeluang menjadi pemenang, karena partai ini memiliki tokoh-tokoh yang disegani seperti Novie Mewengkang, Wenny Lumentut, Melky Suawa, dan Herol Kaawoan.
“Mereka bisa menjadi figur andalan sebagai daya tarik suara pada Pemilu 2024 nanti,” pungkas Ferry.
(rds)