Minsel, BeritaManado.com – Sukacita mestinya merasuki bagi masyarakat Kabupaten Minahasa Selatan hari ini, karena hari ini Senin, 27 Januari 2025 genap berusia dua puluh dua tahun sejak DPR RI mengundangkan menjadi daerah otonomi baru.
Lantas bagaimana perubahan yang terjadi setelah kita menikmati 22 tahun keberadaan Minahasa Selatan sekarang ini, tentunya angka-angka perkembangan sebelum dan sesudah berpisah dari Kabupaten Minahasa induk pasti tersedia di dinas terkait pemerintah kabupaten.
Ada yang menarik dari ulang tahun Kabupaten Minahasa Selatan kali ini sebab dimulai pada era kepemimpinan nasional yang baru dan tentunya sangat berpengaruh terhadap perkembangan ke depan.
Juga di Minahasa Selatan sendiri sudah terpilih kembali pemimpin petahana Frangki Donny Wongkar, SH (FDW) yang dapat meneruskan semua kebijakan pembangunan yang visinya tentunya akan meneruskan apa yang sudah beliau letakkan sejak terpilih diperiode pertama, walaupun berganti pasangan.
Momentum HUT Minsel ke-22 ini harus dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah yang baru karena merupakan periode terakhir dari Bupati FDW.
Pada beberapa waktu lalu dalam suatu jamuan makan bersama dengan Bupati dan beberapa jajarannya, penulis telah memberikan beberapa masukan yang dapat dijadikan suatu legacy bagi Bupati di era kepemimpinan periode terakhir ini dan mengajak agar kami yang merupakan bagian dari Minsel Diaspora dapat dijadikan alat penyambung lidah bahkan partnership dalam mengisi kekosongan atau kebuntuan masalah yang dihadapi demi mendapatkan solusi terbaik dalam memajukan Minahasa Selatan.
Kita tahu bersama potensi sumberdaya Minsel Diaspora tersebar diseluruh dunia, dan mereka dapat menjadi jembatan dengan sumber pembiayaan/investor dari pelosok mana saja untuk masuk berinvestasi di Minahasa Selatan, sayang bila jaringan ini tidak dimanfaatkan.
Sejak Gubernur Dr. Sinjo Sarundajang dan dilanjutkan oleh ODSK, Sulut telah diarahkan menjadi daerah kunjungan wisatawan Internasional serta MICE (Meetings, incentives, conventions and exhibitions) sehingga ada beberapa iven Nasional dan Internasional dilaksanakan di Manado.
Sayang memang Minsel belum kecipratan iven-iven nasional diselenggarakan di Amurang mengingat belum tersedianya fasilitas yang memadai.
Pada kesempatan ke depan, saya berkeinginan agar Bupati FDW dapat memulai mengembangkan kearah yang sama dengan visi dari pemerintah provinsi di samping potensi lainnya yang masih banyak untuk dikembangkan.
Dari sisi pariwisata, Minsel sebenarnya masih memiliki keunggulan tersendiri dari semua daerah otonomi lain di Sulawesi Utara, contoh paling signifikan adalah potensi Kota Amurang dengan Benteng Portugis yang belum dipergunakan secara maksimal, padahal kehadiran Portugis di Amurang dapat dijadikan sesuatu alasan sehingga dapat membuka hubungan antara Kota Amurang dengan salah satu kota di Portugal dengan melakukan kerjasama budaya atau apa saja yang dapat menggiring wisatawan dari eropa mengunjungi Minahasa Selatan.
Sebenarnya masih ada juga Spanyol yang sempat memasuki Amurang, namun sayang monumen bentengnya sudah rata tanah.
Sedikit sejarah yang bisa dijual menjadi konsumsi wisata dimana misi Katolik di Amurang saat Portugis menginjakkan kakinya, sampai dengan penginjilan NZG (Nederlandsch Zendeling Genootschap) dimasa de Protestantsche Kerk in Nederlandsch-indie atau Indische Kerk yang mengirimkan zending Karl T. Herman yang menjadikan kapel bagian dari Benteng Portugis diperbesar dan menjadi Gereja Centrum GMIM Syaloom Amurang sekarang, justru itu sebaiknya gedung gereja ini dinamakan GMIM Centrum K.T Herman dan jalan pasar tersebut dinamakan juga jalan K. T Herman mengingat beliau tinggal di kompleks SD GMIM Ranoiapo, dan pasti setiap hari berjalan kaki ke gereja Centrum untuk bekerja dan melayani runitas pelayanan jemaat dan saat meninggal dimakamkan dipekuburan Ranoyapo juga, sehingga jasa beliau dihormati mengingat apa yang dia lakukan pada jemaat yang terlantar (Abineno, Dr. J.L. Ch. 1979.
Sejarah Apostolat di Indonesia 1. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta) sepeninggal Portugis sekitar 300 tahun. Pengusulan nama gereja dan jalan ini bukan tanpa alasan kalau kita melihat di Jawa dan Sumatera, banyak para penyiar agama Islam dijadikan nama jalan, Gedung, taman dan bermacam monumen (contoh Jl. Haji Nawi, K.H Mansur, Haji Ten dll)
Ini hanya sebagai salah satu contoh bagaimana kita mengemas untuk menarik wisatawan mengunjungi Amurang dengan adanya cerita dimasa lalu yang dapat dijadikan daya tarik.
Dan banyak cerita-cerita lainnya yang dapat dikemas menjadi paket wisata tersendiri untuk mengunjungi Amurang sehingga memacu industry pariwisata di Minsel bergelora apalagi ada Pantai dan wisata bawah laut yang menjadi primadona Sulawesi Utara.
Kemudian potensi agro bisnis yang diera kepemimpinan Presiden Prabowo ini sangat diutamakan mengingat kita ingin menuju swasembada pangan, dan Minsel juga diuntungkan dengan permintaan pasokan setelah Ibu kota Negara (IKN) mulai berfungsi, menjadikan peluang bisnis yang sangat besar.
Melihat hal-hal diatas maka Minahasa Selatan diera kepemimpinan periode kedua Bupati FDW, punya potensi yang berbinar dan pasti menjadikan kabupaten ini akan Makmur.
Justru itu kami diperantauan menunggu ajakan pemerintah daerah untuk berkolaborasi dan menyatukan tekad dan semangat demi MINSEL yang Syaloom. Semoga
Sumber: Tedy A. Matheos
Ketum Ikatan Persaudaraan Keluarga Amurang di Jakarta (IPKA)
Sekretaris Yayasan Pengembangan Kebudayaan Minahasa (YPKM)
Sekjen Forum kawanua Minahasa Selatan (ForMinSel)
Ketua Audit Kelembagaan Persatuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI)
Sekjen Gerakan Penerus Perjuangan Merah Putih 14 Feb 1946 (GPPMP)
(***/TamuraWatung)