Bitung—Sikap pilih kasih dan pandang bulu dalam memperlakukan tahanan diduga dilakoni petugas Polres Bitung. Terbukti dari pernyataan keluarga BP alias Benjamin (63) warga Madidir yang meninggal Selasa (29/1) sore karena sakit dan terlambat ditangani oleh petugas.
“Tahanan lain dibebaskan untuk menggunakan celana panjang dan jaket serta alas tidur dalam tahanan, tapi orang tua saya tidak diperbolehkan dengan alasan aturan,” kata putri Benjamin, Angel, Rabu (30/1) lalu.
Ini dibuktikan Angel ketika mengantarkan jaket serta celana panjang kepada almarhum namun dikembalikan petugas. “Katanya jaket dan celana panjang dapat digunakan sebagai alat untuk bunuh diri oleh tahanan, makanya tidak diperbolehkan. Tapi anehnya tahanan lain bebas menggunakan jaket dan celana panjang dimalam hari,” katanya.
Tak hanya itu, menurutnya, saat membesuk dirinya hanya diperbolehkan untuk berkomunikasi dengan almarhum dari balik terali besi. Sedangkan tahanan lain diperbolehkan untuk keluar dari ruangan tahanan dan duduk di ruangan penjagaan bersama orang-orang yang menjenguknya.
“Malah pernah kami meminta ijin agar almarhum bisa keluar dari ruangan tahanan untuk berdoa sambil tumpang tangan, tapi tidak diijinkan dengan alasan tahanan akan melarikan diri. Akibatnya kami berdoa hanya lewat terali besi,” katanya.
Ia sendiri berharap, perlakukan petugas ini bisa mendapat perhatian dari pimpinannya. Mengingat perlakuan instimewa selalu diberikan petugas bagi tahanan yang dianggap mampu atau memiliki uang.
“Ayah saya sudah sakit beberapa hari, tapi tidak pernah dibawa ke rumah sakit dan hanya diperiksa mantri, tapi ketika ada tahanan yang sakit maag petugas langsung membawanya ke rumah sakit tanpa memanggil mantra,” katanya.
Sementara itu, Humas Polres, AKP E Sinaga membantah jika adanya perlakukan khusus bagi tahanan tertentu. Karena menurutnya, semua tahanan mereka perlakukan sama dan tidak ada yang diistimewakan.
“Tidak adalah tahanan yang kita berikan perhatian khusus, sema sama kita perlakukan setiap hari,” kata Sinaga.(enk)
Bitung—Sikap pilih kasih dan pandang bulu dalam memperlakukan tahanan diduga dilakoni petugas Polres Bitung. Terbukti dari pernyataan keluarga BP alias Benjamin (63) warga Madidir yang meninggal Selasa (29/1) sore karena sakit dan terlambat ditangani oleh petugas.
“Tahanan lain dibebaskan untuk menggunakan celana panjang dan jaket serta alas tidur dalam tahanan, tapi orang tua saya tidak diperbolehkan dengan alasan aturan,” kata putri Benjamin, Angel, Rabu (30/1) lalu.
Ini dibuktikan Angel ketika mengantarkan jaket serta celana panjang kepada almarhum namun dikembalikan petugas. “Katanya jaket dan celana panjang dapat digunakan sebagai alat untuk bunuh diri oleh tahanan, makanya tidak diperbolehkan. Tapi anehnya tahanan lain bebas menggunakan jaket dan celana panjang dimalam hari,” katanya.
Tak hanya itu, menurutnya, saat membesuk dirinya hanya diperbolehkan untuk berkomunikasi dengan almarhum dari balik terali besi. Sedangkan tahanan lain diperbolehkan untuk keluar dari ruangan tahanan dan duduk di ruangan penjagaan bersama orang-orang yang menjenguknya.
“Malah pernah kami meminta ijin agar almarhum bisa keluar dari ruangan tahanan untuk berdoa sambil tumpang tangan, tapi tidak diijinkan dengan alasan tahanan akan melarikan diri. Akibatnya kami berdoa hanya lewat terali besi,” katanya.
Ia sendiri berharap, perlakukan petugas ini bisa mendapat perhatian dari pimpinannya. Mengingat perlakuan instimewa selalu diberikan petugas bagi tahanan yang dianggap mampu atau memiliki uang.
“Ayah saya sudah sakit beberapa hari, tapi tidak pernah dibawa ke rumah sakit dan hanya diperiksa mantri, tapi ketika ada tahanan yang sakit maag petugas langsung membawanya ke rumah sakit tanpa memanggil mantra,” katanya.
Sementara itu, Humas Polres, AKP E Sinaga membantah jika adanya perlakukan khusus bagi tahanan tertentu. Karena menurutnya, semua tahanan mereka perlakukan sama dan tidak ada yang diistimewakan.
“Tidak adalah tahanan yang kita berikan perhatian khusus, sema sama kita perlakukan setiap hari,” kata Sinaga.(enk)