Manado – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) akan mengembangkan klaster kain tenun di daerah tersebut karena melihat potensi yang ada cukup besar.
“Tahun ini akan berupaya mengembangkan klaster kain tenun Sulut,” kata Kepala Kantor BI Perwakilan Sulut Peter Jacobs di Manado, Senin.
Peter mengatakan pihaknya akan mengembangkan industri kecil menengah di sektor ekonomi kreatif melalui program pengembangan kain tenun sebagai upaya untuk menggerakkan perekonomian Sulut.
“Hampir semua kabupaten dan kota di Sulut telah memiliki motif kain masing-masing, tinggal bagaimana kita akan mengembangkannya,” katanya.
BI, katanya, akan memberikan pelatihan dan pendampingan bahkan bantuan teknologi untuk meningkatkan kain tenun Sulut berdaya saing tinggi dan tidak kalah dengan daerah lain.
“Jika menggunakan teknologi berkualitas maka berapa pun harga kain tenun yang dihasilkan tersebut, pasti dibeli masyarakat,” jelasnya.
Program klaster kain tenun ini, katanya, merupakan program kewilayahan berbasis potensi atau komoditas unggulan daerah, apalagi Sulut dikenal oleh dunia internasional selain karena keindahan alamnya tetapi juga keunikan budayanya, salah satunya adalah kain tenun tradisional.
Bank Indonesia juga senantiasa mendukung upaya pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi di wilayahnya masing-masing melalui pemberian bantuan teknis kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di daerah tersebut.
Dia menjelaskan program ini bertujuan memperkuat tiap rantai nilai produksi tenun antara lain bantuan teknis, produksi, dan pemasaran.
“Pembinaan yang dilakukan BI diantaranya menyiapkan tenaga ahli untuk pelatihan teknik pencelupan benang, desain hingga bantuan peralatan tenun hingga alat kelos dan ani,” tuturnya.
Juga, katanya, membantu memberikan workshop berupa tempat pelatihan dan proses pembuatan tenun, tempat rapat, dan tempat memamerkan produksi.
Bantuan dan pembinaan itu bukan hanya untuk memperkuat struktur ekonomi, tetapi memperkuat dan melestarikan budaya lokal. Diharapkan program ini akan dapat memperkuat ketrampilan perajin tenun, baik di sisi teknis maupun manajemen sehingga meningkatkan kualitas, dan kelanjutan produksi.
“Kami ingin perajin dapat menjadikan semangat baru guna lebih kreatif berinovasi demi melestarikan kain tradisional daerah, serta meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan penduduk,” jelasnya. (risat)
Manado – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) akan mengembangkan klaster kain tenun di daerah tersebut karena melihat potensi yang ada cukup besar.
“Tahun ini akan berupaya mengembangkan klaster kain tenun Sulut,” kata Kepala Kantor BI Perwakilan Sulut Peter Jacobs di Manado, Senin.
Peter mengatakan pihaknya akan mengembangkan industri kecil menengah di sektor ekonomi kreatif melalui program pengembangan kain tenun sebagai upaya untuk menggerakkan perekonomian Sulut.
“Hampir semua kabupaten dan kota di Sulut telah memiliki motif kain masing-masing, tinggal bagaimana kita akan mengembangkannya,” katanya.
BI, katanya, akan memberikan pelatihan dan pendampingan bahkan bantuan teknologi untuk meningkatkan kain tenun Sulut berdaya saing tinggi dan tidak kalah dengan daerah lain.
“Jika menggunakan teknologi berkualitas maka berapa pun harga kain tenun yang dihasilkan tersebut, pasti dibeli masyarakat,” jelasnya.
Program klaster kain tenun ini, katanya, merupakan program kewilayahan berbasis potensi atau komoditas unggulan daerah, apalagi Sulut dikenal oleh dunia internasional selain karena keindahan alamnya tetapi juga keunikan budayanya, salah satunya adalah kain tenun tradisional.
Bank Indonesia juga senantiasa mendukung upaya pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi di wilayahnya masing-masing melalui pemberian bantuan teknis kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di daerah tersebut.
Dia menjelaskan program ini bertujuan memperkuat tiap rantai nilai produksi tenun antara lain bantuan teknis, produksi, dan pemasaran.
“Pembinaan yang dilakukan BI diantaranya menyiapkan tenaga ahli untuk pelatihan teknik pencelupan benang, desain hingga bantuan peralatan tenun hingga alat kelos dan ani,” tuturnya.
Juga, katanya, membantu memberikan workshop berupa tempat pelatihan dan proses pembuatan tenun, tempat rapat, dan tempat memamerkan produksi.
Bantuan dan pembinaan itu bukan hanya untuk memperkuat struktur ekonomi, tetapi memperkuat dan melestarikan budaya lokal. Diharapkan program ini akan dapat memperkuat ketrampilan perajin tenun, baik di sisi teknis maupun manajemen sehingga meningkatkan kualitas, dan kelanjutan produksi.
“Kami ingin perajin dapat menjadikan semangat baru guna lebih kreatif berinovasi demi melestarikan kain tradisional daerah, serta meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan penduduk,” jelasnya. (risat)