Amurang, BeritaManado — Pada Pemilu tahun 2019 ini, akan memilih calon legislatif dan menentukan siapa Presiden yang dipilih. Sebanyak kurang lebih 21 persen caleg DPR masuk kategori Milenial.
BeritaManado.com pada Selasa (5/3/2019), menanyakan hal tersebut kepada Dr Fanley Pangemanan. Apakah caleg-caleg Milenial 2019 bisa mendapatkan kursi empuk di Senayan?
“Pendapat saya, mereka itu wajib kerja ekstra agar dapat duduk dan mewakili kalangan Milenial. Sebab, petahana cenderung sulit dikalahkan. Jika hanya menggunakan pola-pola standar maka sangatlah susah menghadapinya,” ujar Fanley Pangemanan, yang adalah Dosen di Jurusan Ilmu Pemerintahan FISPOL Unsrat.
Menurutnya, tidak mudah melawan petahana yang sudah senior, karena sudah berpengalaman, bahkan ada yang duduk berapa periode.
“Indikatornya, caleg Milenial dari segi finansialnya agak terbatas. Tidak seperti petahana. Apalagi tantangan caleg Milenial adalah perlunya mempunyai jaringan sampai ke tingkat bawah untuk merayu masyarakat memilihnya. Hal itu butuh kerja keras,” tambah Fanley Pangemanan.
Fanley Pangemanan, yang juga adalah Dosen di Program Magister Tata Kelola Kepemiluan Pascasarjana Unsrat menyampaikan, kondisi ini tidak berlaku bagi caleg petahana, karena sudah memiliki jaringan yang luas sampai tingkat bawah. Sehingga jelang pemilihan legislatif mesin caleg petahana langsung bergerak.
Dijelaskannya, kalau tidak punya jaringan tim yang baik sampai ke tingkat bawah, atau sampai ke TPS (tempat pemungutan suara) akan sulit bersaing dengan politikus senior.
“Caleg-caleg petahana juga saat ini terlihat lebih santai dalam menghadapi pileg. Tidak seperti caleg Milenial yang ingin mendapatkan suara mesti melakukan move politik lebih. Sehingga saat ini yang harus dilakukan caleg Milenial adalah kerja keras dengan cerdas,” terang Fanley Pangemanan.
Fanley Pangemanan menambahkan, biasanya politikus baru nafsunya tidak diimbangi dengan strategi itu. Makanya dibutuhkan kerja keras dan kerja cerdas utuk bisa menumbangkan mereka.
“Dari sisi Partai Politik, Hal ini juga berpengaruh ke caleg. Nama besar partai juga turut berperan untuk bisa menjadikan caleg itu menang. Namun peluang itu ada jika caleg yang diusung setara nilai jualnya dengan caleg senior,” jelas Fanley Pangemanan.
Dirinya beranggapan, bicara eksistensi partai, faktor partai petahana itu ada nilai plus, dan modalnya juga cukup banyak. Karena partai petahana ini lebih dulu bergerilya ke masyarakat.
Maka Fanley Pangemanan berpendapat calon baru di partai besar bersaing dengan petahana butuh energi. Apalagi di partai baru, partai kecil ingin bertarung dengan petahana perlu gizi besar.
“Saya melihat masyarakat pemilih agak sulit menjatuhkan pilihan calegnya ke orang baru. Masyarakat lebih memilih petahana yang sudah cukup dikenal lama dan sudah tahu program-programnya. Apalagi kalau caleg Milenial tidak punya program-program baru. Maka sulit merebut hati masyarakat untuk berubah pilihan,” kata Fanley Pangemanan, yang adalah mantan Ketua KPU Minsel ini.
Dirinya melihat, kecenderungan masyarakat masih menginginkan petahana, karena caleg-caleg baru belum bisa keluar secara ekstrim dari apa yang ditunjukkan caleg-caleg petahana.
“Lepas dari semua itu, siapa tahu bisa saja potensi besar caleg milenial yang masih tersimpan akan ditumpah ruahkan dikala menjelang pemilihan. Sehingga prediksi berbagai kalangan dapat terbantahkan,” pungkas Fanley Pangemanan.
(TamuraWatung)