Manado – Batu Kuangang adalah situs wisata peninggalan purbakala yang menyimpan sejarah perkembangan suku Bantik anak suku Minahasa.
Batu Kuangang terletak di Kelurahan Malalayang Satu Barat, Kecamatan Malalayang, merupakan situs wisata Pemerintah Kota Manado dibawah pengelolaan dan pengawasan Dinas Pariwisata.
Salah seorang tokoh muda dari Aliansi Masyarakat Anak Bantik (AMAB) Panglima Matangsing, Rocky Ronoko, menjelaskan sejarah Batu Kuangang.
Saat ditemui Beritamanado.com, Rocky Ronoko menceritakan, sekitar dua setengah abad yang lalu, ada sepasang suami istri hendak pergi berkebun, namun anak yang sangat mereka sayangi menangis karena akan ditinggalkan.
Melihat anaknya menangis, Yopo Sumpabungang, sang suami, tidak tega kemudian dia bermohon kepada Yopo Lramo (Sang Pencipta) agar diberi kekuatan. Permohonannya dijawab, dengan menggunakan siku tangannya, Yopo Sumpabungang mampu membuat lubang-lubang pada permukaan batu datar (Batu Kuangang).
Anaknya senang sekali lalu diambilnya beberapa batu kerang kecil kemudian sang anak bermain seperti permainan congklak.
“Cerita ini saya dengar dari ayah saya dan tua-tua adat Bantik Malalayang,” kata Rocky dikediamannya di Kelurahan Malalayang Dua, Lingkungan 3, Kamis (23/5/2019) lalu.
Menurut Rocky Ronoko, masih ada beberapa batu sejarah purbakala lainnya di Malalayang yang keberadaannya butuh perawatan agar menarik dijadikan tempat wisata.
“Suatu kebanggaan bagi kami, jika di daerah Malalayang banyak batu purbakala yang menjadi saksi sejarah perkembangan suku Bantik,” tandas Ronoko.
Melihat kondisi situs wisata purbakala Batu Kuangang butuh perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat untuk pelestarian peninggalan nenek moyang kita.
(NovaManoppo)