Manado, BeritaManado.com – Profesor Trina Ekawati Tallei merupakan seorang Guru Besar di Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) bidang biologi yang sarat prestasi.
Dosen biologi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unsrat ini diketahui berada di peringkat 24 dari kurang lebih 261 ribuan dosen dan pengajar yang terdaftar di Science and Technology Index (Sinta) nasional.
Peringkat 24 tersebut untuk skor Sinta 3 tahun di semua jurusan yang ada di Indonesia.
Menariknya, meski berada di peringkat 24, namun untuk bidang biologi, Prof Trina ada di peringkat 1 karena posisi 1 sampai 23 berasal dari bidang lain, bukan biologi.
Dengan demikian, Trina yang telah mengajar di Unsrat sejak tahun 2004 ini merupakan dosen dengan rangking tertinggi di seluruh Unsrat.
Berada di rangking tertinggi dalam index Sinta dikatakan sebagai prestasi karena tidak semua dosen dan pengajar dapat berada di posisi itu dengan mudah.
Ada banyak kriteria penilaian dan faktor yang mendukung hingga seorang dosen atau pengajar dapat masuk dalam peringkat Sinta.
Sinta adalah aplikasi yang diciptakan oleh Kementerian Riset dan Teknologi atau biasa disingkat Kemenristek yang berisi soal pengukuran kinerja Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) antara lain kinerja peneliti, jurnal, institusi IPTEK, dan penulis jurnal.
Produktivitas dari dosen atau tenaga pengajar dalam berkarya dan mempublikasikan hasil karya tersebut ke publik menjadi bagian dari penilaian.
Dalam hal itu, Prof Trina tidak diragukan lagi, mengingat pada 2022, dirinya telah menulis 36 artikel yang telah dipublikasikan di banyak media nasional hingga internasional.
“Untuk artikel yang dipublikasikan bisa diakses di Scopus, Google Scholar, Researchgate dan untuk yang lokal juga ada,” ujar Prof Trina.
Hasil tulisannya bahkan menjadi referensi bagi banyak pihak untuk melakukan penelitian maupun untuk bahan dasar penulisan.
Selain berada di posisi ranking yang tinggi di Sinta, Prof Trina juga menerima penghargaan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unsrat Manado.
Penghargaan tersebut bukan semata-mata karena rangking di Sinta, tapi lebih kepada hasil penelitian yang dilakukan oleh Prof Sinta bersama banyak pihak.
Dari sekian banyak penelitian yang dilakukan, salah satu yang menarik banyak perhatian yaitu tentang manfaat buah nanas.
Dalam penelitian yang dilakukannya terungkap, harusnya tidak ada satu bagianpun dari buah nanas yang dibuang, baik itu mahkota, kulit dan buah.
Selain diketahui buah termasuk nanas punya banyak khasiat, namun ternyata ada manfaat lain dari nanas yang perlu diketahui publik.
Nanas berpotensi sebagai antivirus dan anti inflamasi serta sangat baik bagi imun manusia.
“Kulit nanas itu bisa difermentasi jadi minuman, bahkan mahkotanya bisa jadi serat. Di Filipina, selain serat Abaka, mereka juga buat baju dari serat nanas,” ungkap Prof Trina.
Trina pun berharap, hasil penelitian yang dikerjakannya selama ini, baik itu dengan mahasiswa atau yang berkolaborasi dengan dosen, pengajar atau ahli di berbagai bidang dari nasional hingga internasional dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.
“Kalau ada yang mau berkolaborasi, tentu saya sambut dengan senang hati karena senang jika apa yang kita buat dapat bermanfaat untuk orang lain,” pungkas Trina.
(srisurya)