Manado – Satu-satunya sekolah di Sulut yang diusulkan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sulut kembali gagal meraih penghargaan Adiwiyata Mandiri. Menurut Kepala BLH Sulut Olvie Atteng, usulan sekolah untuk meraih pengharagaan sekolah berbasis lingkungan yang pernah diraih sekolah SMA Negeri 7 Manado pada tahun 2010. Sempat mengawinkan dengan adipura yang di raih Kota Manado.
Untuk Adipura 2012 sendiri Kota Manado berhasil menggndol kelima kali. dimana dari tahapan yang telah di nilai tim sebagai kota bersih. Sedangakan untuk penghargaan Adiwiyata Mandiri gagal diraih sekolah tersebut. Atteng menambahkan kegagalan ini merupakan tanggung jawab kita bersama baik BLH maupun Dinas Pendidikan agar tahun 2013 sekolah ini dapat meraih penghargaan yang merupakan simbol sekolah berbasis lingkungan.
Lanjut dijelaskan kegagalan ini menjadi evaluasi bagi kitaagar kedepannya lebih kerja keras, hal ini perlu di asah kembali, terlebih dari persyaratan sebagai sekolah berbasis lingkungan untuk menyandang Adiwiyata Mandiri. Meski saat itu tim penilai datang untuk menilai memberikan apresiasi sangat baik. Akan tetapi dalam taraf penilai sebagai sekolah lingkungan harus mempunyai sepuluh sekolah binaan minimal dan sekolah binaan tersebut penyandang adiwiyata. Kriteria inilah yang membawa sekolah SMA Negeri 7 Manado gagal mengawinkan piala Adipura.
Sementara itu Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Manado Meditrix Ngantung menuturkan bahwa dia belum mengetahui hal ini. “Ketika saya menanyakan kepada Kepala BLH Manado, Pak Josua Pangkarego sekarang berada di Jakarta masih ingin mengecek hasil tersebut,”terangnya.
Sementara itu menurut sejumlah guru menuturkan, kegagalan meraih Adiwiyata Mandiri ini merupakan kerja keras kepala sekolah yang baru.
Padahal selang sebelum pergantian kepala sekolah, hal ini membawa perubahan yang perlu dikembangkan lagi. “Meski kepala sekolah yang baru dipercayakan yakni Ngantung, jika kita lihat semasa menjabat kepala sekolah SMA Negeri 6 Manado kurang memperhatikan kebersihan sekolah,” terangnya. Hal ini tentunya dituntut agar Walikota lebih selektif dalam melakukan pergeseran kepala sekolah, agar tanggung jawab yang dipercayakan sesuai uji kopetensi yang dimilikinya. Sehingga secara otomatis sekolah yang dipercayakan menuai prestasi yang unggul, tandasnya.(*/gnf)
Manado – Satu-satunya sekolah di Sulut yang diusulkan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sulut kembali gagal meraih penghargaan Adiwiyata Mandiri. Menurut Kepala BLH Sulut Olvie Atteng, usulan sekolah untuk meraih pengharagaan sekolah berbasis lingkungan yang pernah diraih sekolah SMA Negeri 7 Manado pada tahun 2010. Sempat mengawinkan dengan adipura yang di raih Kota Manado.
Untuk Adipura 2012 sendiri Kota Manado berhasil menggndol kelima kali. dimana dari tahapan yang telah di nilai tim sebagai kota bersih. Sedangakan untuk penghargaan Adiwiyata Mandiri gagal diraih sekolah tersebut. Atteng menambahkan kegagalan ini merupakan tanggung jawab kita bersama baik BLH maupun Dinas Pendidikan agar tahun 2013 sekolah ini dapat meraih penghargaan yang merupakan simbol sekolah berbasis lingkungan.
Lanjut dijelaskan kegagalan ini menjadi evaluasi bagi kitaagar kedepannya lebih kerja keras, hal ini perlu di asah kembali, terlebih dari persyaratan sebagai sekolah berbasis lingkungan untuk menyandang Adiwiyata Mandiri. Meski saat itu tim penilai datang untuk menilai memberikan apresiasi sangat baik. Akan tetapi dalam taraf penilai sebagai sekolah lingkungan harus mempunyai sepuluh sekolah binaan minimal dan sekolah binaan tersebut penyandang adiwiyata. Kriteria inilah yang membawa sekolah SMA Negeri 7 Manado gagal mengawinkan piala Adipura.
Sementara itu Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Manado Meditrix Ngantung menuturkan bahwa dia belum mengetahui hal ini. “Ketika saya menanyakan kepada Kepala BLH Manado, Pak Josua Pangkarego sekarang berada di Jakarta masih ingin mengecek hasil tersebut,”terangnya.
Sementara itu menurut sejumlah guru menuturkan, kegagalan meraih Adiwiyata Mandiri ini merupakan kerja keras kepala sekolah yang baru.
Padahal selang sebelum pergantian kepala sekolah, hal ini membawa perubahan yang perlu dikembangkan lagi. “Meski kepala sekolah yang baru dipercayakan yakni Ngantung, jika kita lihat semasa menjabat kepala sekolah SMA Negeri 6 Manado kurang memperhatikan kebersihan sekolah,” terangnya. Hal ini tentunya dituntut agar Walikota lebih selektif dalam melakukan pergeseran kepala sekolah, agar tanggung jawab yang dipercayakan sesuai uji kopetensi yang dimilikinya. Sehingga secara otomatis sekolah yang dipercayakan menuai prestasi yang unggul, tandasnya.(*/gnf)