MANADO – Rabu (13/04/11) siang tadi, bertempat di Aula Hotel Swissbell Hotel Manado, Nahdlatul Ulama Sulawesi Utara menggelar seminar nasional dengan tema Antisipasi Radikalisme Agama, Untuk Menciptakan Kerukunan Bangsa, dengan menghadirkan pembicara: Prof. DR. KH. Said Agil Siraj, MA dan Pdt. DR. H. W. B Sumakul, dengan moderator Pastor DR. Yong Ohoitimur, MSC.
“Islam maupun Kristen telah saling memperkaya budaya dalam warna ibadah
masing-masing. Islam yang mengambil model Kubah Masjid dari konsep Kubah Gereja, sebaliknya Kristen melalui Fransiscus mengambil inspirasi Adzan dengan membangun Lonceng di Gereja,” ujar Pastor Yong dalam kesimpulan singkatnya.
Kepada beritamanado, Ketua NU Sulut, Drs Halil Domu mengatakan, pentingnya NU di Sulut mengambil peran dalam mendorong kenyamanan
dan keamanan beragama sehingga tercipta ketentraman.
“Tentu hingga saat ini belum ada masalah dalam kehidupan beragama di Sulut. Kegiatan ini merupakan bagian dari sedia payung sebelum hujan agar kita tidak basah dalam jebakan radikalisme,” tutur Halil. (mois)
MANADO – Rabu (13/04/11) siang tadi, bertempat di Aula Hotel Swissbell Hotel Manado, Nahdlatul Ulama Sulawesi Utara menggelar seminar nasional dengan tema Antisipasi Radikalisme Agama, Untuk Menciptakan Kerukunan Bangsa, dengan menghadirkan pembicara: Prof. DR. KH. Said Agil Siraj, MA dan Pdt. DR. H. W. B Sumakul, dengan moderator Pastor DR. Yong Ohoitimur, MSC.
“Islam maupun Kristen telah saling memperkaya budaya dalam warna ibadah
masing-masing. Islam yang mengambil model Kubah Masjid dari konsep Kubah Gereja, sebaliknya Kristen melalui Fransiscus mengambil inspirasi Adzan dengan membangun Lonceng di Gereja,” ujar Pastor Yong dalam kesimpulan singkatnya.
Kepada beritamanado, Ketua NU Sulut, Drs Halil Domu mengatakan, pentingnya NU di Sulut mengambil peran dalam mendorong kenyamanan
dan keamanan beragama sehingga tercipta ketentraman.
“Tentu hingga saat ini belum ada masalah dalam kehidupan beragama di Sulut. Kegiatan ini merupakan bagian dari sedia payung sebelum hujan agar kita tidak basah dalam jebakan radikalisme,” tutur Halil. (mois)