MANADO- Sumber daya manusia (SDM) memiliki peran besar dalam menopang perkembangan satu daerah, khususnya di bidang pendidikan. Tapi apa jadinya jika penopang SDM ternyata sedang mengalami krisis. Seperti di Sekolah Dasar (SD) Negeri 23 Manado, hingga saat ini hanya memiliki tiga guru Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan tiga guru honorer.
Dikatakan oleh Kepala Sekolah SD Negeri 23 Manado Ferdi Ratag SPd, ini dibuktikan dengan tidak adanya wali kelas V. Karena kekurangan guru, mau tidak mau, kepala sekolah harus turun tangan menangani kelas V.
“Menghadapi hal seperti ini memang sulit, namun karena keadaan sudah demikian, mau tidak mau harus dihadapi demi masa depan para anak didik kita di SDN 23 Manado. Kami sudah buat permohonan penambahan guru, ke Dinas Pendidikan Kota Manado. Hanya saja belum bisa dipenuhi, karena memang saat ini sedang ada moratorium penerimaan guru,” ungkap Ratag.
Ratag Menambahkan, untuk komposisi guru yang ada saat ini ada tiga PNS sudah termasuk dirinya, serta tiga guru honorer. Jadi untuk kelas II, III dan IV, wali kelasnya adalah guru honor. Ada juga guru olahraga yang terpaksa dijadikan wali kelas. Dan jumlah siswa SDN 23 Manado ada 104 siswa.
Wakil Kepala Sekolah Berty Masinambow SPdk juga menambahkan, krisis tenaga pengajar akan semakin terasa ketika ada salah satu guru yang keluar kelas. “Jika memang ada guru yang mau tidak mau harus keluar, maka kekosongan itu akan semakin nampak,” ungkap Masinambow yang juga sebagai walikelas I itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Manado Corry Tendean SH mengatakan, kekurangan guru terjadi hampir semua SD di Kota Manado. Bukan hanya di sekolah-sekolah tertentu. “Saya menyambut baik upaya para Kepala Sekolah menggunakan guru honor, daripada siswa terlantar. Dan persoalan ini perlahan-lahan akan teratasi, jika keram maratorium Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) khusunya tenaga guru SD,” pungkas Tendean. (tr-01)
MANADO- Sumber daya manusia (SDM) memiliki peran besar dalam menopang perkembangan satu daerah, khususnya di bidang pendidikan. Tapi apa jadinya jika penopang SDM ternyata sedang mengalami krisis. Seperti di Sekolah Dasar (SD) Negeri 23 Manado, hingga saat ini hanya memiliki tiga guru Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan tiga guru honorer.
Dikatakan oleh Kepala Sekolah SD Negeri 23 Manado Ferdi Ratag SPd, ini dibuktikan dengan tidak adanya wali kelas V. Karena kekurangan guru, mau tidak mau, kepala sekolah harus turun tangan menangani kelas V.
“Menghadapi hal seperti ini memang sulit, namun karena keadaan sudah demikian, mau tidak mau harus dihadapi demi masa depan para anak didik kita di SDN 23 Manado. Kami sudah buat permohonan penambahan guru, ke Dinas Pendidikan Kota Manado. Hanya saja belum bisa dipenuhi, karena memang saat ini sedang ada moratorium penerimaan guru,” ungkap Ratag.
Ratag Menambahkan, untuk komposisi guru yang ada saat ini ada tiga PNS sudah termasuk dirinya, serta tiga guru honorer. Jadi untuk kelas II, III dan IV, wali kelasnya adalah guru honor. Ada juga guru olahraga yang terpaksa dijadikan wali kelas. Dan jumlah siswa SDN 23 Manado ada 104 siswa.
Wakil Kepala Sekolah Berty Masinambow SPdk juga menambahkan, krisis tenaga pengajar akan semakin terasa ketika ada salah satu guru yang keluar kelas. “Jika memang ada guru yang mau tidak mau harus keluar, maka kekosongan itu akan semakin nampak,” ungkap Masinambow yang juga sebagai walikelas I itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Manado Corry Tendean SH mengatakan, kekurangan guru terjadi hampir semua SD di Kota Manado. Bukan hanya di sekolah-sekolah tertentu. “Saya menyambut baik upaya para Kepala Sekolah menggunakan guru honor, daripada siswa terlantar. Dan persoalan ini perlahan-lahan akan teratasi, jika keram maratorium Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) khusunya tenaga guru SD,” pungkas Tendean. (tr-01)