Manado – Sekitar 50 orang berperawakan garang mengenakan seragam kaos hitam bertuliskan Bela Eksistensi Tanah Air (BETA) di bagian punggung Rabu pagi (28/3), memenuhi markas tentara yang terletak di Jalan Trans Manado-Tomohon, Winangun untuk mengikuti program Pendidikan Pendahuluan Bela Negara yang digagas oleh Dandim 1309/Manado Letkol Inf Y. Putrajaya.
Program pemberdayaan masyarakat dalam kerangka pembinaan ketahanan wilayah yang bermaksud untuk mengoptimalkan segala potensi yang ada di lingkungan masyarakat tersebut dilaksanakan selama 2 hari dengan mengundang narasumber dari berbagai kalangan, mulai dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Manado (Kadis), akademisi (dosen Unsrat), kepolisian (Kapolresta Manado), pengamat sosial, pers, dan tentu saja dari Korem 131/Santiago.
Pendidikan Bela Negara bagi para generasi muda, pegawai pemerintah/swasta, maupun mahasiswa dan anak-anak sekolah adalah hal yang biasa, namun pendidikan Bela Negara bagi para preman yang tersebar di seluruh pelosok Kota Manado mungkin baru kali ini dilaksanakan di Sulawesi Utara, terlebih khusus di ibukotanya, Manado.
“Mereka ini kelompok masyarakat yang terpinggirkan, sering dianggap sebagai sampah masyarakat, padahal mereka juga anak bangsa, salah satu komponen masyarakat yang juga memerlukan ruang untuk hidup, berekspresi dan bersosialisasi. Jika terus memusuhi mereka, justru kitalah yang menjadikan mereka monster-monster pengganggu kamtibmas,” ujar Dandim lugas saat ditanya latar belakang dipilihnya para preman Manado untuk ikut serta dalam program pendidikan Bela Negara, Kamis (29/3) sore, saat akan menutup program tak biasa tersebut.
Untuk itu, materi Pendidikan Pendahuluan Bela Negara pun dititikberatkan pada upaya pembentukan karakter bangsa, antara lain: Pancasila dan UUD 1945, arti dan makna bendera dan lambang negara, sistem pertahanan semesta, wawasan kebangsaan, kamtibmas, sumber daya manusia, psikologi massa, working management, serta praktek peraturan baris-berbaris dan penyampaian informasi. (Penrem 131/Santiago)