Ratahan, BeritaManado.com – Terkait proyek pembangunan dermaga yang berada di Desa Tumbak Kecamatan Pusomaen yang ambles (turun atau tenggelam ke dalam tanah), Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Minahasa Tenggara bakal membentuk tim khusus.
Menurutnya, tim khusus penilai pekerjaan ini terdiri dari pihak PU, Inspektorat, bagian Hukum, dan DKP sendiri.
“Pembentukan tim merupakan petunjuk dari BPKP karena ketika kejadian ini terjadi, kami langsung meminta rekomendasi BPKP terkait hal ini. BPKP juga mengatakan bahwa tindakan menghentikan proyek sudah tepat,” tandas Kepala DKP Vecky Monigir, Kamis (19/9/2019).
Lanjut dikatakannya, tim ini nantinya akan disertai SK Bupati dan bertugas untuk menyelidiki apa yang menyebabkan amblesnya dermaga tersebut sehingga bisa diketahui siapa pihak yang bertanggung jawab.
“Saat ini kita belum tahu apa permasalahannya dab tim inilah yang akan menilai kenapa hal ini terjadi dan salah siapa. Selain itu, kita juga akan lihat tingkat kerusakan, menganalisa baru bisa melihat apakah kontraktor yang lama, konsultan pekerjaan, atau kontraktor sekarang yang salah,” tukasnya.
Lanjut dikatakannya, pengerjaan proyek lanjutan senilai 775 juta rupiah ini, belum pernah dilakukan pencairan uang karena satu dan lain hal harus menunggu APBD perubahan.
“Dengan kata lain belum ada kerugian negara. Selanjutnya tim yang akan putuskan siapa yang salah. Kalau kontraktor pengerjaan saat ini yang salah maka tidak dibayar, tapi kalau pihak lain, kami harus lihat aturan lagi, dimana ini akan melibatkan pihak BPKP,” pungkasnya.
Adapun proyek ini merupakan lanjutan proyek Tahun 2017 lalu, dimana disaat tersebut dirinya baru masuk menjadi kepala DKP.
Pada saat tersebut proyek dermaga sudah jalan namun karena satu dan lain hal akhirnya tidak dilanjutkan.
“Pada saat itu sudah ada realisasi anggaran sekira 30 persen, namun dari hitungan BPKP pekerjaan sudah 38 persen, jadi tidak ada kerugian negara,” ujarnya.
Ditambahkannya, baru kemudian di Tahun 2019 ini kegiatan pembangunan dermaga dengan banderol sebesar 775 juta rupiah dilanjutkan kembali.
“Ini sudah dikerjakan dan kerja mereka cepat karena sekarang sudah 80 persen. Namun sayangnya pada pengecoran terakhir dia ambles, jadi tidak hancur, melainkan turun ke dalam tanah. Mendengar info ini kami langsung tinjau lapangan bersama kontraktor dan konsultan pertanahan. Kesimpulannya pekerjaan dihentikan,” ungkapnya.
(jenly wenur)