Belang, BeritaManado.com — Pasca gempa bermagnitudo 7,1 SR dengan pusat lokasi 1.63 LU, 126.40 BT (134 km Barat Laut Jailoli – Maluku Utara) dengan kedalaman 10 km, Jumat (15/11/2019) sekitar pukul 24.17 WITA, ternyata tidak berpengaruh pada aktivitas masyarakat Belang yang bermukim di dekat garis pantai, termasuk aktivitas bongkar muat ikan di Pelabuhan Belang.
Situasi terkini sebagaimana pantauan langsung BeritaManado.com, Junat pagi hingga jelang siang hari, masyarakat betaktivitas seperti biasa, meski menurut informasi yang dirangkum masih ada sebagian kecil warga Belang yang bertahan di lokasi pengungsian sementara.
Di Pelabuhan Belang, aktivitas bongkar muat ikan dari kapal tampak berjalan lancar, meski sempat terjadi gempa susulan dan sempat membuat beberapa warga yang berprofesi sebagai pedagang eceran ikan laut bergegas keluar dari dermaga.
Salah satu pedagang ikan laut Ramlan Abraham, kepada BeritaManado.com mengatakan bahwa dirinya sendiri tidak meninggalkan rumah pasca gempa 7,1 SR semalam.
“Mayoritas yang mengungsi adalah perempuan dan anak-anak. Saya dan warga lain yang laki-laki bersama aparat pemerintah desa melakukan pengamatan keadaan air laut, akan tetapi beberapa saat usai gempa, air laut sama sekali tidak surut sebagaimana tanda-tanda akan terjadi taunami,” jelasnya.
Bahkan, situasi di dermaga kapal sekitar pukul 9.00 WITA saat terjadi bongkar muat ikan dan transaksi dengan pedagang, gempa susulan yang cukup kuat masih sempat terjadi, akan tetapi tidak membuat aktivitas tersebut terhenti.
Sementara itu, Hukum Tua Desa Buku Utara Rio Lembong, Jumat pagi di kediamanya menyatakan hal senada bahwa sampai pada waktu jelang pagi hari tidak ada tanda-tanda air laut surut.
Demikian pula yang disampaikan Hukum Tua Desa Buku Tengah Denal Bataria san Hukum Tua Desa Belang Ismet Abraham, dimana setelah melalukan pengamatan di pinggir pantai tidak ada tanda-tanda air laut surut sama sekali.
“Sebagian besar warga yang sempat menyingkir ke dataran yang lebih tinggi sudah kembali ke rumah masing-masing dan beraktivitas sepertu biasa. Bahkan suasana di pasar tradisional tetap ramai seperti biasa,” ungkap ketiganya.
(Frangki Wullur)