Manado, BeritaManado.com — Kemenangan paslon Andrei Angouw dan Richard Sualang dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Manado 2020 mematahkan sejumlah hal yang beredar di masyarakat.
Salah satunya, sebagaimana dikatakan Juru Bicara Politik Andrei Angouw, Paulus Adrian Sembel, adalah soal survei salah satu lembaga menjelang hari pemilihan.
“Yang mendekati kebenaran justru survei yang dilakukan oleh Indonesia Observer, lembaga survei lokal pimpinn Andre Mongdong yang pernah mensurvei SHS, OD-SK periode pertama hingga saat ini termasuk beberapa calon kepala daerah kabupaten/kota di Sulut. Makanya kalau hasil sementara skarang justru sangat berbanding terbalik dengan hasil survei lembaga nasional yang sudah sangat terkenal seperti Indobarometer. Saya kurang tahu, apakah metode atau pengambilan sampling yang salah atau tidak tepat. Apakah pertayaannya tidak tepat atau input data kurang akurat dll, lembaga survei tersebut yang tau, sebab ini bicara kewibawaan suatu lembaga survei,” ungkap lelaki yang akrab disapa PAS ini.
Yang pasti, lanjut PAS, sebagai tim pemenangan AA-RS pihaknya merasa telah melakukan straregi yang tepat, meramu isu yang tepat dan kerja-kerja politik dilapangan yang terukur.
“Salah satu isu sentral yang kami lakukan lewat tagline AA-RS untuk Manado yang lebih baik ternyata berhasil apalagi kenyataan di lapangan. Masyarakat menginginkan perubahan untuk Manado kedepan,” katanya.
Sementara hal kedua, soal mitos PDIP tidak bisa menang dalam kursi perebutan orang nomor 1 di Kota Manado, PAS mengatakan itu bukan sebab.
“Dalam politik, bagi saya bukan bicara mitos tapi kerja-kerja politik yang terukur, dan itulah yang AA-RS lakukan bersama tim pemenangan yang ada. AA-RS sudah punya modal politik capaian PDI Perjuangan untuk DPRD Provinsi Pileg 2019 sebesar 83 ribu lebih. Bahkah suara AA dan RS saja sudah menyentuh 50 ribuan. Modal politik ini yang kami maksimalkan lewat pengurus struktural partai PDIP terutama yang ada di tingkat basis seperti pengurus ranting tingkat kelurahan dan pengurus anak ranting tingkat lingkungan. Belum lagi kalau ditambah suara Partai Gerindra serta pendukung eksternal lainnya yang ada di jaringan relawan. Jadi ini bukan soal mitos yang terpecahkan, tapi kerja politik yang terukur,” tutupnya.
(AnggawiryaMega)