Bitung – Ternyata kebutuhan hidup di Kota Cakalang atau Bitung sangat tinggi. Bahkan, seorang pekerja pabrik pun harus kerja tambahan jadi tukang pijat plus-plus.
Hal itu dialami oleh seorang wanita yang berusia (27) dan memiliki pangilan idola ‘Melati’. Pasalnya dalam kehidupan 24 jam, Seksi ini menjalani istirahatnya atau tidur hanya 7 jam. “Iya kalau bisa tidur,” kata Melati.
Pada pukul 05.00, Melati sudah bangun tidur, mandi. Pukul 06.00, dia berangkat kerja di pabrik terbesar di Bitung, sampai pukul 16.00.
Setelah pulang kerja dari pabrik, Melati bukannya istirahat. Dia justru menjalani profesi sampingan, yaitu sebagai tukang pijat di kawasan pusat kota Bitung.
Pada pekerjaan tambahan itu pun Melati harus menanti keberuntungan. Jika ada yang menggunakan jasanya maka ia merasa senang. “Kalau ndak ada tamu, ya bercanda sama teman, dan saya sempatkan istirahat bentar,” kata Melati.
Dari perkerjaan pabrik, ia mendapatkan upah Rp 1,7 juta per bulan. Sedangkan di tempat pijat, ia mendapatkan keuntungan Rp 150 ribu per satu orang (kalau ada tamu yang baik hati).
Menurut pengakuannya, setiap tamu yang datang, awalnya dipijati. Ketika sudah selesai pijat, si tamu biasanya minta hal aneh-aneh. “Biasanya mereka bilang, Cewek kalau pijet lainnya bisa ndak,” kata Melati.
Pertanyaan itu kemudian dijawab oleh si Melati dengan sedikit ragu sedikit berharap pula. “Bisa tapi harganya lain,” ujar Melati.
Dari situlah pemijatan plus-plus terjadi. “Tapi, kalau orang ndak saya kenal aku ndak berani, sehingga hanya pijat tardisional yang kulakukan,” tambahkan Melati.
Dengan pendapatan yang terlihat lebih, perasaan Melati masih kurang dan belum bisa memenuhi kehidupannya di Bitung. Melati memang hidup sendiri di Bitung, dua anaknya ada di kampung.
“Ya, masih kurang namanya hutang sudah numpuk jadi harus gimana lagi. Mau tidak mau pekerjaan memijat-mijat orang laki harus kujalani,” ungkap Melati. (risat)
Bitung – Ternyata kebutuhan hidup di Kota Cakalang atau Bitung sangat tinggi. Bahkan, seorang pekerja pabrik pun harus kerja tambahan jadi tukang pijat plus-plus.
Hal itu dialami oleh seorang wanita yang berusia (27) dan memiliki pangilan idola ‘Melati’. Pasalnya dalam kehidupan 24 jam, Seksi ini menjalani istirahatnya atau tidur hanya 7 jam. “Iya kalau bisa tidur,” kata Melati.
Pada pukul 05.00, Melati sudah bangun tidur, mandi. Pukul 06.00, dia berangkat kerja di pabrik terbesar di Bitung, sampai pukul 16.00.
Setelah pulang kerja dari pabrik, Melati bukannya istirahat. Dia justru menjalani profesi sampingan, yaitu sebagai tukang pijat di kawasan pusat kota Bitung.
Pada pekerjaan tambahan itu pun Melati harus menanti keberuntungan. Jika ada yang menggunakan jasanya maka ia merasa senang. “Kalau ndak ada tamu, ya bercanda sama teman, dan saya sempatkan istirahat bentar,” kata Melati.
Dari perkerjaan pabrik, ia mendapatkan upah Rp 1,7 juta per bulan. Sedangkan di tempat pijat, ia mendapatkan keuntungan Rp 150 ribu per satu orang (kalau ada tamu yang baik hati).
Menurut pengakuannya, setiap tamu yang datang, awalnya dipijati. Ketika sudah selesai pijat, si tamu biasanya minta hal aneh-aneh. “Biasanya mereka bilang, Cewek kalau pijet lainnya bisa ndak,” kata Melati.
Pertanyaan itu kemudian dijawab oleh si Melati dengan sedikit ragu sedikit berharap pula. “Bisa tapi harganya lain,” ujar Melati.
Dari situlah pemijatan plus-plus terjadi. “Tapi, kalau orang ndak saya kenal aku ndak berani, sehingga hanya pijat tardisional yang kulakukan,” tambahkan Melati.
Dengan pendapatan yang terlihat lebih, perasaan Melati masih kurang dan belum bisa memenuhi kehidupannya di Bitung. Melati memang hidup sendiri di Bitung, dua anaknya ada di kampung.
“Ya, masih kurang namanya hutang sudah numpuk jadi harus gimana lagi. Mau tidak mau pekerjaan memijat-mijat orang laki harus kujalani,” ungkap Melati. (risat)