Airmadidi — Sejak dilantik menjadi Bupati Minahasa Utara pada 26 Februari 2021, Joune JE Ganda atau masyarakat setempat menyapanya Joune Ganda saja, sudah menanamkan citra positif.
Citra positifnya itu adalah kemampuannya menerjemahkan kebijakan revolusi mental yang digelorakan oleh Presiden Joko Widodo.
Revolusi mental sendiri memiliki tiga nilai dasar; integritas (kejujuran), etos kerja, dan gotong royong.
Joune yang menang dengan prosentase meyakinkan 57,1% suara pada pemilihan kepala daerah Minahasa Utara itu, memiliki etos (semangat) kerja tinggi.
Visinya adalah membawa Minahasa Utara menjadi daerah maju dan sejahtera.
Visi itu dia jabarkan dalam misi kerja dengan menjadikan pemerintahannya sebagai pelayan masyarakat, bukan lagi penguasa.
Pemerintahannya harus berjiwa administratur (orang yang mengadministrasi keadilan) bukan aparatur (orang yang bekerja memerintah).
Dia selalu bekerja dengan mendatangi dan melayani masyarakat di garis depan.
Dia juga membuka kantor dari kantor camat.
Di antaranya dia bekerja di kantor Camat Likupang Timur.
Dengan bekerja berpindah-pindah di kantor-kantor kecamatan, Joune ingin memastikan bahwa semua warga mendapat layanan sebaik mungkin dari aparatur pemerintahannya.
Dan, pola kerjanya ini mendapat sambutan luar biasa positif dari warganya mengingat baru kali ini mereka menemukan pola kepemimpinan seperti Joune.
Apalagi pada masa pandemi Covid 19 ini, Sang Bupati yang merupakan kader PDI Perjuangan ini giat turun ke bawah mengajak warganya untuk mendukung pemerintah dalam memerangi wabah penyakit menular ini.
Dia mengajak warganya untuk mematuhi protokol kesehatan serta mengikuti vaksinasi. Langkahnya ini mendapat sambutan dari warganya.
Di mana diadakan vaksinasi, warganya berduyun-duyun mengikutinya, dan Joune pun hadir di tengah-tengah mereka.
Nilai dasar kedua dari revolusi mental yang dia jalankan adalah bekerja penuh integritas/kejujuran.
Dia meyakini bahwa kejujuran dari pemimpin akan mandatangkan kemajuan dan kesejahteraan bagi umat manusia.
Dia ingin sumber daya alam daerah dikelola secara jujur agar hasilnya bisa digunakan seluruhnya untuk kemajuan dan kesejahteraan Minahasa Utara.
Itulah sebabnya dia menjalankan pemerintahan dengan pola pengawasan ketat.
Setiap potensi ekonomi dia kelola dan awasi agar penyimpangannya sekecil mungkin. Syukur-syukur sampai titik nol, sehingga semuanya bisa dinikmati oleh warganya dalam bentuk pembangunan yang merata.
Nilai dasar revolusi mental yang menjadi puncaknya adalah gotong royong. Presiden Soekarno sebagai penggagas Pancasila menyebut gotong royong sebagai intisari kehidupan berbangsa dan bernegara warga Indonesia se-Nusantara.
“Dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945 di hadapan peserta Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Soekarno menyatakan, gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. Ho-lopis-kuntul-baris buat kepentingan bersama! Itulah Gotong Royong! Prinsip Gotong Royong diantara yang kaya dan yang tidak kaya, antara yang Islam dan yang Kristen, antara yang bukan Indonesia tulen dengan peranakan yang menjadi bangsa Indonesia.”
Joune menerjemahkan nilai gotong royong ini dengan menjalin kebersamaan semua elemen masyarakat dari berbagai latar belakang suku, agama, ras, dan golongan, untuk bekerja sama membangun dan menikmati kue pembangunan.
Tidak ada mayoritas mendominasi minoritas dan tidak ada pula minoritas yang ditekan mayoritas.
Semuanya berjalan bersama saling bergandengan tangan dengan prinsip kebenaran berlandaskan konstitusi.
Bentuk kegotongroyongan ini diterjemahkan Joune dengan membuat nota kesepahaman dengan tiga perguruan tinggi negeri berbasis agama: Universitas Negeri Sunan Ampel Surabaya, Jawa Timur; Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, Sulawesi Utara; dan Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado, Sulawesi Utara.
Dalam nota kesepahaman itu, Joune mengajak ketiga perguruan tinggi negeri tadi terlibat dalam kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat bersama dengan Pemerintah Kabupaten Minahasa Utara.
Dengan menjalankan nilai-nilai revolusi mental ini, Joune kiranya tidak sulit dalam membuat lompatan kerja untuk membawa Minahasa Utara sesuai yang diidam-idamkan warganya; maju dan sejahtera.
Joune berprinsip, pemimpin harus bekerja di atas standart agar memberi hasil lebih.
“Kita tidak akan maju selama kita sekadar bekerja dan bekerja sekadarnya,” kata Joune.
Meskipun berlatar belakang pemeluk Kristen, Joune disukai kalangan Islam, karena karakternya yang humble, merakyat, dan mendengarkan aspirasi.
Pada pemilihan kepala daerah waktu itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Utara juga menjatuhkan dukungan kepada Joune.
Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey menyebut Joune sebagai politikus bertipe penurut. Orang Jawa bilang, ora kakean polah (tidak banyak bertingkah).
Dengan karakter mengedepankan semangat kerja tinggi, jujur, dan bergotong royong sebagai nilai dasar revolusi mental, tidaklah berlebih bila orang menyebut Joune Ganda sebagai bukan Bupati biasa dari Minahasa Utara.
(rds)
Baca juga:
- Hebat! Minahasa Utara Segera Jadi Kabupaten Percontohan se-Indonesia
- Bersama 10 Negara, Joune Ganda Bahas Ini di ‘Asean Mayors Forum’
- 100 Hari Joune Ganda – Kevin Lotulung Memimpin Minut, “Tidak Akan Maju Jika Sekedar Bekerja, dan Bekerja Sekedar”
- Kisah Joune Ganda, Dulu Jual Es Mambo Kini Siap Bangun Minahasa Utara