Kotamobagu, Berita lManado.com – Pergerakan harga kopra atau daging buah kelapa yang dikeringkan di Sulawesi Utara, mengalami grafik deflasi di tengah laju inflasi yang melanda seluruh indonesia.
Sebelum inflasi, harga kopra yang ditetapkan pabrik cenderung stabil di angka Rp15 ribu per kilogram (Kg), namun kini anjlok di harga Rp7 ribu per Kg.
Hal ini disampaikan Saad Mokoagow, petani kopra di wilayah perkebunan Tabang-Kotamobagu yang mengeluhkan jatuhnya harga kelapa.
“Harga kebutuhan hidup, biaya produksi meningkat. Jasa pemanjat kelapa juga sudah naik karena pengaruh kenaikan harga bahan pokok untuk kebutuhan hidup,” keluhnya, ketika ditemui, Senin (10/10/2022).
Mengingat murahnya harga kopra dan tidak sesuai dengan biaya produksi, Saad terpaksa menjual kelapa biji ke pengepul.
“Harga jual kopra ke pengepul lima ribu per kilo. Jika diimbangi biaya produksi, terkadang per kilo hanya dapat lima ratus rupiah. Jadi tak ada pilihan lain terpaksa kami menjual kelapa biji ke pengepul agar masih ada keuntungan,” tambahnya.
Secara terpisah, pengusaha sekaligus pengepul kopra Fadel Paputungan saat ditemui di gudangnya, Senin (10/10/2022), mengatakan saat ini harga kopra turun drastis.
“Pengambilan kopra dari petani Rp5 ribu per kilo itupun masih akan menyusut 25 sampai 30 persen, yang selanjutnya dijual ke pabrik Rp7 ribu per kilo, itu artinya margin penjualan mengalami kerugian,” terang Fadel.
Fadel juga mengatakan komponen lain yang mempengaruhi harga kopra di Sulut adalah adanya monopoli harga dari pabrik.
“Kami berharap pemerintah perlu mengintervensi adanya monopoli harga kopra, mengingat petani kelapa di sulut lebih dari 50 persen agar mampu menghidupkan kembali semangat bagi para petani kelapa atau kopra,” harapnya.
Pengusaha muda ini juga menambahkan agar pemerintah wajib mengontrol pergerakan harga hasil panen pertanian dan memperhatikan kebutuhan serta mendengar keluhan petani agar seiring dengan program pemerintah “Mari jo Ba Kobong”.
(Delly Mamonto)