Tondano – Proyek besar atau bahasa lainnya disebut mega proyek sejauh ini hanya identik dengan pembangunan fisik. Namun sesungguhnya pembangunan non fisik yang terarah pada pembangunan manusia itu sendiri.
Meski kenyataan di lapangan berbagai program sosialisasi cukup sering dilakukan Pemkab Minahasa, namun tetap saja program pembangunan non fisik masih kalah pamor dengan pembangunan fisik.
Bahkan anggapan miring cukup sering dialamatkan untuk program non fisik khususnya sosialisasi. Ada kesan bahwa kegiatannya hanya sekedar menghabiskan anggaran jelang tutup buku akhir tahun anggaran.
Kalau dibilang pemerintah sangat serius merealisasikan pembangunan non fisik selama ini, lalu apa hasilnya sejauh ini? Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak orang yang gemar buang sampah sembarangan dan sebagainya.
Dengan demikian hal ini sedikit membuktikan bahwa apa yang dilakukan pemerintah kadang tidak tepat sasaran. Di sisi lain, faktor psikologis dari eksekutor pembangunan juga membutuhkan niat yang tulus untuk melakukan sesuatu.
Pengamat Politik dan Pemerintahan Dr Jerry Massie kepada BeritaManado.com, Selasa (7/3/2017) niat yang tulus untuk melakukan sesuatu akan membuat seorang pemimpin mengetahui seberapa pentingnya program pembangunan non fisik itu dan bukan hanya sekedar merealisasikan agenda.
“Tidak perlu menunggu kapan waktunya untuk menjadikan program pembangunan manusia sebagai mega proyek. Hal itu harus segera dimulai. Infrastruktur boleh maju, namun jika pembangunan manusia terabaikan, maka masyarakat tidak akan terlalu merasakan manfaatnya,” katanya.
Ada banyak sasaran yang terkait pembangunan manusia itu sendiri, seperti karakter atau kepribadian, moral, olahraga, pemahaman dan penguasaan teknologi informasi, sikap empati dan lain sebagainya. Dalam hal ini pemerintah harus jeli melihat kondisi di lapangan. Pemetaan merupakan salah satu cara untuk memahami Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). (frangkiwullur)
Tondano – Proyek besar atau bahasa lainnya disebut mega proyek sejauh ini hanya identik dengan pembangunan fisik. Namun sesungguhnya pembangunan non fisik yang terarah pada pembangunan manusia itu sendiri.
Meski kenyataan di lapangan berbagai program sosialisasi cukup sering dilakukan Pemkab Minahasa, namun tetap saja program pembangunan non fisik masih kalah pamor dengan pembangunan fisik.
Bahkan anggapan miring cukup sering dialamatkan untuk program non fisik khususnya sosialisasi. Ada kesan bahwa kegiatannya hanya sekedar menghabiskan anggaran jelang tutup buku akhir tahun anggaran.
Kalau dibilang pemerintah sangat serius merealisasikan pembangunan non fisik selama ini, lalu apa hasilnya sejauh ini? Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak orang yang gemar buang sampah sembarangan dan sebagainya.
Dengan demikian hal ini sedikit membuktikan bahwa apa yang dilakukan pemerintah kadang tidak tepat sasaran. Di sisi lain, faktor psikologis dari eksekutor pembangunan juga membutuhkan niat yang tulus untuk melakukan sesuatu.
Pengamat Politik dan Pemerintahan Dr Jerry Massie kepada BeritaManado.com, Selasa (7/3/2017) niat yang tulus untuk melakukan sesuatu akan membuat seorang pemimpin mengetahui seberapa pentingnya program pembangunan non fisik itu dan bukan hanya sekedar merealisasikan agenda.
“Tidak perlu menunggu kapan waktunya untuk menjadikan program pembangunan manusia sebagai mega proyek. Hal itu harus segera dimulai. Infrastruktur boleh maju, namun jika pembangunan manusia terabaikan, maka masyarakat tidak akan terlalu merasakan manfaatnya,” katanya.
Ada banyak sasaran yang terkait pembangunan manusia itu sendiri, seperti karakter atau kepribadian, moral, olahraga, pemahaman dan penguasaan teknologi informasi, sikap empati dan lain sebagainya. Dalam hal ini pemerintah harus jeli melihat kondisi di lapangan. Pemetaan merupakan salah satu cara untuk memahami Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). (frangkiwullur)