Sonder, BeritaManado.com — Berbagai latar belakang profesi yang digeluti kaum perempuan tentu telah memiliki angan-angan atau harapan di tahun 2018 ini, tak terkecuali politisi muda Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Chyntia Keintjem.
Akan tetapi, wakil rakyat representasi Daerah Pemilihan IV (Sonder, Kawangkoan Raya, Tompaso Raya dan Langowan Raya) ini mengatakan bahwa ada satu profesi yang umum harus dijalani seorang perempuan, khususnya yang telah berkeluarga.
“Menjadi seorang ibu yang taat kepada Tuhan, itu adalah yang utama dan pertama sebagai orang Kristiani. Kemudian tentunya tunduk pada suami sebagai kepala keluarga, sebagaimana tertulis dalam Firman Tuhan sendiri,” kata Keintjem, Selasa (2/1/2018).
Selain itu, Chyntia sapaan akrabnya menuturkan bahwa peran menjadi tiang doa di tengah-tengah keluarga juga merupakan hal yang harus ada, sehingga dapat menjadi teladan bagi gereja dan juga masyarakat.
“Sebagai seorang ibu, saya merasa berkewajiban turut menciptakan keluarga yang harmonis, penuh senyum, tawa dan kegembiraan serta saling menopang satu sama lainnya. Dengan demikian kelaurga akan utuh dan kompak,” ungkapnya.
(Frangki Wullur)
Sonder, BeritaManado.com — Berbagai latar belakang profesi yang digeluti kaum perempuan tentu telah memiliki angan-angan atau harapan di tahun 2018 ini, tak terkecuali politisi muda Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Chyntia Keintjem.
Akan tetapi, wakil rakyat representasi Daerah Pemilihan IV (Sonder, Kawangkoan Raya, Tompaso Raya dan Langowan Raya) ini mengatakan bahwa ada satu profesi yang umum harus dijalani seorang perempuan, khususnya yang telah berkeluarga.
“Menjadi seorang ibu yang taat kepada Tuhan, itu adalah yang utama dan pertama sebagai orang Kristiani. Kemudian tentunya tunduk pada suami sebagai kepala keluarga, sebagaimana tertulis dalam Firman Tuhan sendiri,” kata Keintjem, Selasa (2/1/2018).
Selain itu, Chyntia sapaan akrabnya menuturkan bahwa peran menjadi tiang doa di tengah-tengah keluarga juga merupakan hal yang harus ada, sehingga dapat menjadi teladan bagi gereja dan juga masyarakat.
“Sebagai seorang ibu, saya merasa berkewajiban turut menciptakan keluarga yang harmonis, penuh senyum, tawa dan kegembiraan serta saling menopang satu sama lainnya. Dengan demikian kelaurga akan utuh dan kompak,” ungkapnya.
(Frangki Wullur)