MANADO – Buku adalah jendela pengetahuan. Begitulah pepatah kuno yang
dipakai oleh orang tua zaman dahulu dalam memotivasi setiap anak untuk
berprestasi. Seiring dengan perjalanan waktu, buku sudah kurang digemari dengan maraknya fasilitas dunia maya dalam bentuk intenet. Teknologi ini lebih cepat diakses sebagai input dalam menambah wawasan.
Kehadiran internet yang mewabah di kalangan masyarakat, baik golongan mudah, pelajar, anak-anak, maupun golongan tua semakin menuntut kematangan setiap golongan dalam penguasaan Ilmu dan Teknologi.
Drs. Max Rembang MSi, selaku praktisi pendidikan mengatakan, bahwa internet sebenarnya menjadi salah-satu alternatif dalam proses penunjang ilmu pengetahuan. Tapi sebenarnya bukulah yang harus menjadi patokan
untuk mengasa dan menemukan hal-hal baru dalam ilmu pengetahuan.
“Disisi lain internet mempunyai hal positif, tapi tidak terlepas dari hal-hal
yang negatif, misalnya, banyak kalangan pelajar yang hanya melakukan copy paste guna memburu sebuah pencapain secara instan. Nah, hal ini terjadi karena kita belum siap dan belum mampu memposisikan IT sebagai salah-satu alternatif kajian ilmiah,” ujar Rembang.
Lanjutnya, buku seharusnya menjadi prioritas dalam bentuk kajian-kajian ilmiah. Namun yang terjadi saat ini buku hanya menjadi vigura di toko-toko buku. Sangat minim peminat dibandingkan dengan tempat-tempat hiburan. Hal inipula menandakan bahwa kita belum siap untuk masuk pada fase yang namanya Globalisasi. Dimana fase ini banyak menawarkan hal-hal instan, hedonisme, materalisme, dan lain-lain.
“Intinya semua dikembalikan kepada diri masing-masing untuk memanfaatkan setiap media informasi dan Iptek yang ada,” pungkas dosen Unsrat ini. (gn)
MANADO – Buku adalah jendela pengetahuan. Begitulah pepatah kuno yang
dipakai oleh orang tua zaman dahulu dalam memotivasi setiap anak untuk
berprestasi. Seiring dengan perjalanan waktu, buku sudah kurang digemari dengan maraknya fasilitas dunia maya dalam bentuk intenet. Teknologi ini lebih cepat diakses sebagai input dalam menambah wawasan.
Kehadiran internet yang mewabah di kalangan masyarakat, baik golongan mudah, pelajar, anak-anak, maupun golongan tua semakin menuntut kematangan setiap golongan dalam penguasaan Ilmu dan Teknologi.
Drs. Max Rembang MSi, selaku praktisi pendidikan mengatakan, bahwa internet sebenarnya menjadi salah-satu alternatif dalam proses penunjang ilmu pengetahuan. Tapi sebenarnya bukulah yang harus menjadi patokan
untuk mengasa dan menemukan hal-hal baru dalam ilmu pengetahuan.
“Disisi lain internet mempunyai hal positif, tapi tidak terlepas dari hal-hal
yang negatif, misalnya, banyak kalangan pelajar yang hanya melakukan copy paste guna memburu sebuah pencapain secara instan. Nah, hal ini terjadi karena kita belum siap dan belum mampu memposisikan IT sebagai salah-satu alternatif kajian ilmiah,” ujar Rembang.
Lanjutnya, buku seharusnya menjadi prioritas dalam bentuk kajian-kajian ilmiah. Namun yang terjadi saat ini buku hanya menjadi vigura di toko-toko buku. Sangat minim peminat dibandingkan dengan tempat-tempat hiburan. Hal inipula menandakan bahwa kita belum siap untuk masuk pada fase yang namanya Globalisasi. Dimana fase ini banyak menawarkan hal-hal instan, hedonisme, materalisme, dan lain-lain.
“Intinya semua dikembalikan kepada diri masing-masing untuk memanfaatkan setiap media informasi dan Iptek yang ada,” pungkas dosen Unsrat ini. (gn)