Manado, BeritaManado.com – Perjuangan para guru di SMP Kristen Solagratia Tongkaina untuk mempertahankan keberadaan sekolah demi 10 siswanya patut menjadi contoh.
Tepat di peringatan Hari Guru Nasional yang jatuh pada 25 November, makna lagu ciptaan Kusbini, Padamu Negeri begitu terasa.
Padamu negeri kami berjanji
Padamu negeri kami berbakti
Padamu negeri kami mengabdi
Bagimu negeri jiwa raga kami
Lirik lagu tersebut menggambarkan kondisi yang dialami para guru karena sudah 5 bulan, mereka rela belum digaji demi menjaga agar sekolah tersebut masih bisa beroperasi.
Sejak awal pandemi, sekolah ini memang mengalami masalah terutama finansial yang berdampak pada mundurnya satu per satu tenaga pengajar yang ada.
Selama pandemi pun, sekolah ini sempat menutup operasional sementara dan baru dibuka kembali pada Juni 2021 dengan jumlah siswa 10 orang.
Kondisi sekolah pun kurang layak karena memang tidak digunakan hampir 2 tahun, hingga kemudian dibersihkan agar dapat ditempati kembali.
Terancam tutup, para anak muda dari Tongkaina yang belatar pendidikan guru pun turun tangan.
Kepala SMP Kr. Solagratia Tongkaina Ensli Karoles SPd bersama 4 rekannya kemudian memberi diri untuk mengajar di sekolah tersebut, meski tahu kondisi sekolah yang sedang kesulitan.
Sekolah pun sementara dibantu oleh gereja, yaitu GMIM Solagratia Tongkaina untuk bisa bertahan sambil menunggu keputusan dan kesepakatan dengan yayasan apakah pengelolaan sekolah akan tetap di yayasan atau diserahkan ke gereja.
“Memang sempat ada beberapa bantuan, tapi berupa barang. Ada juga bantuan yang masuk sebenarnya bisa diminta untuk kesejahteraan guru, tapi akhirnya kami sepakat untuk memprioritaskan kebutuhan sekolah termasuk anak-anak dan para guru. Contohnya, kami mengutamakan perbaikan toilet sekolah disbanding digunakan untuk kami karena kondisi sebelumnya memang rusak parah dan kami harus menumpang ke tetangga. Kini sudah baik jadi nyaman digunakan,” jelas Ensli.
Kerelaan tersebut seperti menjadi tanda tanya karena tetap melakukan tugas sebagai guru tanpa adanya gaji tentu tidak mudah.
Meski demikian kata Ensli, para guru sejauh ini tetap pada komitmen untuk bertahan dan memberi yang terbaik bagi 10 anak didik yang ada.
“Pada dasarnya saat di wisuda sudah disumpah untuk mencerdaskan anak bangsa. Jadi kami berpegang pada sumpah itu. Selain itu, ini juga demi meningkatkan pendidikan yang ada di kelurahan ini dan memperkuat lagi sumber daya dari masyarakat termasuk generasi penerus. Jadi kami memilih untuk tidak meninggalkan sekolah ini, para anak didik kami dan optimis kedepan sekolah ini akan makin baik,” kata Ensli.
Diketahui, SMP Kr. Solagratia yang terletak di Kelurahan Tongkaina, Kecamatan Bunaken, Kota Manado merupakan satu-satunya SMP yang ada di Tongkaina sehingga kehadiran sekolah ini dianggap sangat penting, mengingat SMP terdekat lainnya ada di Molas dan selanjutnya di Tumumpa.
Para siswa dipastikan akan kesulitan ke sekolah jika jarak tempuhnya jauh, mengingat kendaraan umum tidak selalu lalu lalang karena masih menggunakan sistem nge-tem, dan uang transportasi setiap harinya akan menyulitkan para siswa yang mayoritas berasal dari keluarga yang kurang mapan dari segi ekonomi.
Itu sebabnya, kepada BeritaManado.com Ensli mengatakan, bagi para guru, apa yang dijalani bukan hanya sekedar menjalankan profesi tetapi juga memenuhi tugas panggilan pelayanan.
“Tantangan sekarang yaitu dapat memberi yang terbaik untuk anak-anak didik. Tugas guru bukan hanya mengajar, tetapi dapat membimbing, mengarahkan bahkan dapat membentuk karakter anak. Sekarang memang jadi sangat tertantang. Dengan adanya masalah ini, kita diuji apakah komitmen kita ini bagus atau tidak, kuat atau tidak,” ungkap Ensli.
Ensli melanjutkan, saat seorang guru mampu memberi yang terbaik, maka hasilnya akan memberi kebanggaan, termasuk meski guru, khususnya yang bukan ASN digaji kecil, bahkan dikondisi belum digaji, tapi hasilnya besar.
“Untuk jadi guru diperlukan hati, semangat dan dedikasi yang besar. Saya tidak pernah menyesal mengambil keputusan ini,” kata Ensli.
Selain kondisi para guru yang rela mengabdi tanpa digaji untuk saat ini, SMP Kr Solagratia Tongkaina pun membutuhkan perhatian yang besar dari sisi sarana dan prasarana.
Pihak sekolah diketahui telah menemui Wakil Wali Kota Manado untuk meminta arahan, petunjuk dan dukungan Pemerintah Kota Manado, yang kemudian diterima dengan baik.
”Yang paling dibutuhkan, sebenarnya komputer karena di zaman ini anak-anak harus bisa menguasai teknologi tapi di sekolah ini tidak ada komputer,” pungkas Ensli.
(srisurya)