Payet Johanes de Vries SJ dengan latar belakang puing-puing Pelabuhan Tua Kema
Langowan, BeritaManado.com — 14 September 1868 silam adalah momentum syukur umat Katolik Minahasa atau Keuskupan Manado saat ini, termasuk Paroki St. Petrus Langowan.
Rentetan peristiwa sejarah perkembangan Gereja Katolik Keuskupan Manado dan secara khusus Paroki St. Petrus Langowan saat ini bagaikan puing-puing yang tertimbun tanah di banyak tempat dan harus digali serta disusun kembali menjadi satu kisah historis.
Sejatinya, ada begitu banyak tanda Tanya yang masih terus menjadi misteri belum terpecahkan.
Untuk itulah berbagai upaya dilakukan Seksi Komunikasi Sosial (KOMSOS) Paroki St. Petrus Langowan untuk merekonstruksi kembali peristiwa-peristiwa tersebut agar bisa menjadi cerita masa lampau yang pantas dibanggakan sepanjang masa.
Adalah seorang awam pensiunan tentara KNIL asal Minahasa Daniel Mandagi yang memulai semuanya itu dengan surat kepada Uskup Batavia Mgr. Petrus Maria Vrancken Pr yang meminta seorang imam datang ke Langowan untuk membaptis anaknya Agustinus Demol Mandagi.
Tanggal dan bulan yang sama pada 155 tahun silam, harapan Daniel Mandagi terkabul dengan berlabuhnya Pater Johanes de Vries SJ di Pelabuhan Kema dan sempat membaptis sejumlah orang menjadi Katolik.
Tanggal yang sama oleh Keuskupan Manado dijadikan momentum peringatan kembalinya iman Katolik atas peran seorang tokoh awam Daniel Mandagi.
Beberapa hari berselang, tepatnya tanggal 18 September 1868, Pater Johanes de Vries tiba di Langowan untuk memenuhi Daniel Mandagi membaptis anaknya Agustinus Demol Mandagi.
Di Langowan, Pater Johanes de Vries SJ menumpang di rumahnya seorang Pendeta Protestan bernama Abraham Obesz Schaasfma yang juga berasal dari Belanda.
Dalam tulisan tangan Daniel Mandagi yang ditemukan di kediaman mantan Ketua Stasi Tincep Jopi Kojo, pada salah satu bagian tertulis bahwa Pater Johanes de Vries menunjukkan surat permintaan Daniel Mandagi yang pernah dikirimkan kepada Uskup Vrancken.
Pada kenyataannya, yang dibaptis Pater Johanes de Vries bukan hanya anak Daniel Mandagi, namun ada juga 10 orang lainnya.
Pada bagian lain, catatan baptisan yang diduga kuat milik Daniel Mandagi ditemukan di Gereja Katolik Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria, Kepanjen di Surabaya, Minggu (15/9/2019) silam.
Berkat bantuan pagawai sekretariat paroki Kusnadi, diperoleh data catatan baptisan nomor 141 atas nama Jonas Daniel Rompoly kelahiran Langowan (Menado) tahun 1827 (berbeda dengan yang tertulis pada pusara Daniel Mandagi di Amongena, dimana ia dilahirkan tanggal 2 Agustus 1815) dan baptisannya tercatat pada tanggal 19 Juni 1850.
Nama kedua orangtua Daniel Mandagi juga tidak tertulis dan dalam catatan baptisan itu hanya ada tulisan parentum infidelium yang artinya orangtua yang belum menganut kepercayaan Kristiani, akan tetapi wali baptisnya adalah Josephus Antonius Buarradel.
Catatan baptisan kedua yang ditemukan bernomor 175 atas nama Eleutherus Rompoly Mandagie (kelahiran Surabaya, 2 oktober 1853) tertanggal 9 Oktober 1853 di Surabaya, dimana orangtuanya tertulis legitimus Jonas Daniel Rompoly Mandagie dan Laurine Mariae Nonho.
Dari temuan tersebut, kemungkinan besar Daniel Mandagi sudah pernah menikah sewaktu dinas militer di Surabaya atau daerah sektiarnya sebelum pulang kembali ke Langowan dan menikah dengan Tentji Londah.
Setelah beberapa lama berada di Minahasa, Pater Johanes de Vries SJ kembali ke Jawa dan melayani umat Paroki St. Yusuf Ambarawa.
Pater Johanes de Vries SJ meninggal dunia pada 26 Maret 1887, akan tetapi hingga kini, belum ditemukan jejak makam sang misionaris, mulai dari wilayah Muntilan hingga ke Ambarawa sendiri.
(Frangki Wullur)