Manado – Untuk mendapatkan kepercayaan secara menyeluruh masyarakat Kota Manado, Vicky Lumentut dituntut untuk berbenah dalam menjalankan roda kepemimpinannya sebagai Walikota Manado bersama Mor Bastiaan selaku Wakil Walikota Manado.
Pernyataan tersebut diungkapkan pengamat politik Sulut, Ferry Liando. Menurut dosen Fisip Unsrat ini, salah satu indikator keberhasilan pemerintah daerah ditentukan gaya kepemimpinan seorang kepala daerah. Selama ini banyak daerah yang gagal, disebabkan kepemimpinan kepala daerah tidak cocok dengan karakter dan kondisi daerah yang dipimpinnya.
“Dalam beberapa tahun belakangan ini Kota Manado seperti kota tidak bertuan. Orang begitu bebas membuang sampah, bebas merokok dan mabuk di sebarang tempat, berkendaraan yang tidak sopan, mendirikn bangunan di sembarang tempat walaupun dilarang, sembarang memarkirkan kendaraan walaupun lebar jalan sangat sempit sehingga menyulitkan kendaraan lain untuk lewat. Membangun atau bangunan usaha atau rumah kost tidak menyediakan lahan parkir, mengajukan izin keramaian dengan alasan untuk ibadah tapi waktu panjangnya lebih untuk pesta dansa dan lantunan lagu balada pelaut sehingga menyebabkan tetangga terganggu dan di jalan dipalang untuk mobil-mobil dilarang lewat. Sopir angkot bebas memutar tape rekorder sekerasnya, knalpot motor menimbulkan keributan dan menggangu masyarakat,” ungkap Liando.
Atas sejumlah persoalan tersebut, kepada BeritaManado.com, dosen Fisip Unsrat ini berpandangan bahwa, pola kepemimpinan Vicky yang ditunjukkan selama 5 tahun di periode pertamanya, perlu dilakukan perubahan secara menyeluruh.
“Perilaku buruk ini seolah olah terbiarkan dan tidak ada satupun pihak yang berani bertindak. Manado sepertinya telah menjadi daerah liar. Orang bebas berbuat apa saja, sesukanya dia. Sepertinya masyarakat Manado sudah sangat individualistik, kepedulian terhadap sesama kian redup. Untuk mengantisipasi sikap-sikap individualistik seperti ini tentu perlu pemimpin yang kuat. Gaya kepemimpinan Vecky sebelumnya selama lima tahun cenderung kompromistik, rendah ahti, lembut, toleran, kebapakan, suka mengalah dan santun. Gaya kepemimpinan Vecky seperti ini di satu sisi memang penting dan menguntungkan dari aspek etika dan moral. Namun untuk memimpin masyarakat Manado seperti saat ini, memaksa Vecky harus mengubah total gaya kepemimpinannya,” jelasnya.
Ditambahkannya, pemimpin yang berwatak keras, tidak kompromistik dan otoriter tentu tidak selamanya negatif. “Justru hanya dengan gaya kepemimpinan seperti itu perilaku masyarakat Manado optimis dapat berubah. Gaya itu bukan maksud untuk menakut-menakuti, tetapi untuk membuat masyarakat patuh dan disiplin. Vecky tidak perlu khawatir jika gaya kepemimpinannya harus diubah.”
“Pertama, Vecky sudah dua periode sebagai Walikota Manado. Dia tidak mungkin mencalonkan diri pada periode ketiga. Oleh karena itu sikap kehati-hatian dan pencitraan perlu dihilangkan. Kedua, ia didukung oleh mayoritas masyarakat Manado,” tandasnya. (leriandokambey)
Manado – Untuk mendapatkan kepercayaan secara menyeluruh masyarakat Kota Manado, Vicky Lumentut dituntut untuk berbenah dalam menjalankan roda kepemimpinannya sebagai Walikota Manado bersama Mor Bastiaan selaku Wakil Walikota Manado.
Pernyataan tersebut diungkapkan pengamat politik Sulut, Ferry Liando. Menurut dosen Fisip Unsrat ini, salah satu indikator keberhasilan pemerintah daerah ditentukan gaya kepemimpinan seorang kepala daerah. Selama ini banyak daerah yang gagal, disebabkan kepemimpinan kepala daerah tidak cocok dengan karakter dan kondisi daerah yang dipimpinnya.
“Dalam beberapa tahun belakangan ini Kota Manado seperti kota tidak bertuan. Orang begitu bebas membuang sampah, bebas merokok dan mabuk di sebarang tempat, berkendaraan yang tidak sopan, mendirikn bangunan di sembarang tempat walaupun dilarang, sembarang memarkirkan kendaraan walaupun lebar jalan sangat sempit sehingga menyulitkan kendaraan lain untuk lewat. Membangun atau bangunan usaha atau rumah kost tidak menyediakan lahan parkir, mengajukan izin keramaian dengan alasan untuk ibadah tapi waktu panjangnya lebih untuk pesta dansa dan lantunan lagu balada pelaut sehingga menyebabkan tetangga terganggu dan di jalan dipalang untuk mobil-mobil dilarang lewat. Sopir angkot bebas memutar tape rekorder sekerasnya, knalpot motor menimbulkan keributan dan menggangu masyarakat,” ungkap Liando.
Atas sejumlah persoalan tersebut, kepada BeritaManado.com, dosen Fisip Unsrat ini berpandangan bahwa, pola kepemimpinan Vicky yang ditunjukkan selama 5 tahun di periode pertamanya, perlu dilakukan perubahan secara menyeluruh.
“Perilaku buruk ini seolah olah terbiarkan dan tidak ada satupun pihak yang berani bertindak. Manado sepertinya telah menjadi daerah liar. Orang bebas berbuat apa saja, sesukanya dia. Sepertinya masyarakat Manado sudah sangat individualistik, kepedulian terhadap sesama kian redup. Untuk mengantisipasi sikap-sikap individualistik seperti ini tentu perlu pemimpin yang kuat. Gaya kepemimpinan Vecky sebelumnya selama lima tahun cenderung kompromistik, rendah ahti, lembut, toleran, kebapakan, suka mengalah dan santun. Gaya kepemimpinan Vecky seperti ini di satu sisi memang penting dan menguntungkan dari aspek etika dan moral. Namun untuk memimpin masyarakat Manado seperti saat ini, memaksa Vecky harus mengubah total gaya kepemimpinannya,” jelasnya.
Ditambahkannya, pemimpin yang berwatak keras, tidak kompromistik dan otoriter tentu tidak selamanya negatif. “Justru hanya dengan gaya kepemimpinan seperti itu perilaku masyarakat Manado optimis dapat berubah. Gaya itu bukan maksud untuk menakut-menakuti, tetapi untuk membuat masyarakat patuh dan disiplin. Vecky tidak perlu khawatir jika gaya kepemimpinannya harus diubah.”
“Pertama, Vecky sudah dua periode sebagai Walikota Manado. Dia tidak mungkin mencalonkan diri pada periode ketiga. Oleh karena itu sikap kehati-hatian dan pencitraan perlu dihilangkan. Kedua, ia didukung oleh mayoritas masyarakat Manado,” tandasnya. (leriandokambey)