Bitung – Sebuah karya seni unik dan menarik dihasilkan salah satu seniman Kota Bitung, Jeffry Watimena.
Jeffry yang telah puluhan kali menyelengarakan pameran lukisan ini menciptakan karya dengan menggunakan batu pipih sebagai wadah atau media.
Jebolan sarjana Seni Rupa IKIP Manado tahun 1997 ini mengaku ingin mencoba melakukan sesuatu yang baru dengan mengambar di batu pipih.
“Selain memerlukan kesabaran yang luar biasa saat berkarya media keras ini, juga diperlukan hati yang lunak untuk menaklukan media batu,” kata Jeffry, Minggu (11/11/2018).
Menariknya, hasil karya perdana menggunakan media batu yang dihasilkan Jeffry adalah gambar wajah Alm Franky “Kengkang” Kowaas yang menjadi korban gempa di Palu Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu.
Dirinya mengakui jika tantangan ini didapatnya saat memikirkan karya apa yang harus dia berikan sang lengenda dan guru serta sahabat saat bergelut didunia kepencintaalaman.
“Saya ingin karya untuk Alm benar-benar abadi dan tak lekang oleh waktu, seperti pelajaran yang diberikan kepada kami. Tak pudar hanya karena panas dan hujan, juga tak sobek hanya karena berputarnya waktu,” katanya.
Ia mengakui banyak merenung dan mengingat bagaimana sosok Alm menggeluti olaraga pertualangan hingga menjadi sebuah wisata dan menularkan ke pecinta alam di Sulut.
“Jika hanya menggunakan cat dan kanvas, lama kelamaan akan memudar ataupun sobek. Maka timbullah ide untuk mengabadikan beliau di media batu yang sangat pas dan tepat dengan kegigihan merintis dunia petualangan di Sulut,” katanya.
Soal menjadikan media batu sebagai wadah berkarya, khususnya menggambar kata dia, mungkin baru pertama dibuat oleh seniman dunia.
“Sampai saat ini saya belum melihat literatur yang menulis soal ini, kecuali di masa purbakala seperti lukisan di goa batu dan peninggalan leluhur seperti waruga namun belum seditail apa yang saya buat. Jikapun ada, itu adalah batu yang dilukis dengan warna ataupun dipahat hingga terlihat tiga dimensi ataupun relief,” katanya.
Atas idenya menggambar di batu pipih, mantan Ketua MPA Aesthetica FPB Unima ini mengaku masih sementara menggali lebih banyak lagi akan seni menggambar di batu.
“Sudah ada beberapa karya serupa yang saya buat namun masih dalam pencarian bentuk karena selalu terbentur pada tekstur batu sehingga ada beberapa karya yang menyesuaikan dengan tekstur. karena di batu pipih itu ada tekstur kasar, mulus, bintik dan sebagainya,” katanya.
(abinenobm)