AMURANG – Kayu Sengon yang dikenal sebagai bahan baku pembuat kertas dan playwood, hadir di kabupaten Minahasa Selatan (Minsel). Buktinya
belum lama ini di desa Bajo Kecamatan Tatapaan, lahan seluas 4 hektar yang berisikan kayu sengon di panen langsung oleh Bupati Christiany Eugenia Paruntu. Disaksikan langsung direktur perusahaan dari Kalimantan Timur (Kaltim) PT Tirta Mahakam Resources Tbk, Irwan Santos bersama GM Sonny Muaya.
Menurut Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Minsel, Recky Rumintjap SE bahwa, sesuai hasil pembicaraan dengan GM PT.Tirta Mahakam Resources Tbk, Sonny Muaya menyatakan kesiapan perusahan yang berdomisili di Samarinda ini, siap membeli langsung kayu sengon di Minsel berapa pun banyaknya.
“Bukan tidak mungkin akan dibangun pabrik yang sama di daerah ini, jika produksi kayu sengon ini cukup banyak,” ujarnya.
Lanjut Muaya, kehadiran langsung perusahan tersebut, berkat kunjungan kerja Pemkab Minsel bersama Komisi I DPRD Minsel pada bulan April 2011 lalu. Muaya sendiri yang langsung memandu meninjau secara langsung pabrik dan mesin yang digunakan PT Tirta Mahakan Resouces Tbk.
Bupati Paruntu sendiri yang secara langsung ikut serta melakukan panen perdana bersama perusahan itu, menyambut baik kerjasama ini dan berharap bukan saja sebagai pembeli, namun juga bisa mendirikan pabrik playwood di Minsel.
Recky Rumintjap mengatakan, kayu sengon ini sangat menjanjikan di kelolah oleh masyarakat, sebab pertumbuhannya tidak memerlukan waktu lama yakni hanya enam tahun sudah bisa dipanen. Pasaranya pun sangat terbuka karena kebutuhan akan bahan baku kertas dan playwood ini sangatlah banyak perusahan yang beminat untuk membeli kayu sengon ini.
“Pihak perusahan juga sangat menjamin regenerasi pohon sengon ini, tebang satu pohon digantikan dengan lima bibit pohon yang sama,” jelasnya.
Selanjutnya, Rumintjap juga menuturkan keuntunga yang sangat menjanjikan, dimanan lahan seluas 1 hektar saja dapat menghasilkan Rp200 juta. Selain tersedia di Dishut, untuk pembibitan dilakukan melalui kelompok yang ada. “Sementara harga jual di pasaran cukup tinggi yakni setiap kilonya sebesar Rp2 juta terbagi sekitar 20 ribu bibit,” bebernya. (ape)
AMURANG – Kayu Sengon yang dikenal sebagai bahan baku pembuat kertas dan playwood, hadir di kabupaten Minahasa Selatan (Minsel). Buktinya
belum lama ini di desa Bajo Kecamatan Tatapaan, lahan seluas 4 hektar yang berisikan kayu sengon di panen langsung oleh Bupati Christiany Eugenia Paruntu. Disaksikan langsung direktur perusahaan dari Kalimantan Timur (Kaltim) PT Tirta Mahakam Resources Tbk, Irwan Santos bersama GM Sonny Muaya.
Menurut Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Minsel, Recky Rumintjap SE bahwa, sesuai hasil pembicaraan dengan GM PT.Tirta Mahakam Resources Tbk, Sonny Muaya menyatakan kesiapan perusahan yang berdomisili di Samarinda ini, siap membeli langsung kayu sengon di Minsel berapa pun banyaknya.
“Bukan tidak mungkin akan dibangun pabrik yang sama di daerah ini, jika produksi kayu sengon ini cukup banyak,” ujarnya.
Lanjut Muaya, kehadiran langsung perusahan tersebut, berkat kunjungan kerja Pemkab Minsel bersama Komisi I DPRD Minsel pada bulan April 2011 lalu. Muaya sendiri yang langsung memandu meninjau secara langsung pabrik dan mesin yang digunakan PT Tirta Mahakan Resouces Tbk.
Bupati Paruntu sendiri yang secara langsung ikut serta melakukan panen perdana bersama perusahan itu, menyambut baik kerjasama ini dan berharap bukan saja sebagai pembeli, namun juga bisa mendirikan pabrik playwood di Minsel.
Recky Rumintjap mengatakan, kayu sengon ini sangat menjanjikan di kelolah oleh masyarakat, sebab pertumbuhannya tidak memerlukan waktu lama yakni hanya enam tahun sudah bisa dipanen. Pasaranya pun sangat terbuka karena kebutuhan akan bahan baku kertas dan playwood ini sangatlah banyak perusahan yang beminat untuk membeli kayu sengon ini.
“Pihak perusahan juga sangat menjamin regenerasi pohon sengon ini, tebang satu pohon digantikan dengan lima bibit pohon yang sama,” jelasnya.
Selanjutnya, Rumintjap juga menuturkan keuntunga yang sangat menjanjikan, dimanan lahan seluas 1 hektar saja dapat menghasilkan Rp200 juta. Selain tersedia di Dishut, untuk pembibitan dilakukan melalui kelompok yang ada. “Sementara harga jual di pasaran cukup tinggi yakni setiap kilonya sebesar Rp2 juta terbagi sekitar 20 ribu bibit,” bebernya. (ape)