Pineleng, BeritaManado.com — Perayaan Pesta Salib Suci dan 5 tahun tahbisan episkopal Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC yang diselenggarakan di Emmanuel Amphiteater Lotta berlangsung dalam nuasa budaya daerah Minahasa.
Mulai dari nyanyian hingga bagian tertentu dalam liturgi misa dibawakan dengan bahasa daerah, dimana hal tersebut menunjukkan betapa eratnya hubungan budaya dan iman Katolik yang kembali bersemi 14 September 1868 silam di Kema berkat kedatangan misionaris Serikat Jesus Pater Johanes de Vreis SJ.
Uskup Manado Mgr Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC dalam khotbahnya mengatakan bahwa perayaan Pesta Salib Suci dalam konteks gereja universal untuk mengenang salib yang melambangkan cinta Tuhan kepada manusia.
“Bagi orang Yahudi salib dianggap sebagai suatu kehinaan, bagi orang Yunani yang mencari hikmat dan kebijaksanaan, salib merupakan tanda kebodohan. Namun bagi kita orang beriman, salib adalah tanda kemuliaan. Hal ini hanya dapat dimengerti dalam konteks kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga,” ungkap Uskup Rolly Untu.
Ditambahkannya, pada Pesta Salib Suci tersebut juga diperingati juga kembalinya iman Katolik pada 154 tahun lalu, tepatnya 14 September 1868 yang dirayakan hari ini, bermula dari Kema dan menyusul tempat lainnya.
Menurut Uskup Rolly Untu, bahwa umat Katolik Keuskupan Manado boleh menjadi seperti saat ini, itu tidak lepas dari perjalanan salib itu sendiri yang hidup di dalam diri setiap umat.
“Salib itu dibawa kemana-mana dan menjadi sesuatu yang tidak sekedar tanda, namun menjadi salib yang hidup dan tampak melalui pemberian diri banyak orang yang membawa iman Kaktolik di wilayah ini serta yang telah bertumbuh hingga saat ini,” kata Uskup Rolly Untu.
Pertumbuhan iman Katolik itu sendiri menandakan bahwa salib yang ada benar-benar menjadi spirit atau semangat untuk memberi diri dalam rupa-rupa talenta bagi banyak orang serta menyatu dengan berbagai latar belakang budaya.
“Pertumbuhan iman Katolik lewat tanda salib bertumbuh dalam budaya dan bahasa yang kita pakai. Sabda Tuhan pada kesempatan ini mau mengajak kita sekalian untuk melihat kembali apa artinya salib dalam kehidupan kita. Lewat salib itu, digambarkan bahwa keselamatan dunia dimulai dari salib yang ditinggikan. Dalam perjalanan umat Katolik Keuskupan Manado, salib menjadi ciri khas sekaligus tanda penderitaan dari mereka yang membawa salib,” jelas Sukup Rolly Untu.
Salib juga memiliki sisi lain yang patut untuk diimani, yaitu mengandung kemuliaan karena kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus.
Pada bagian akhir dari khotbahnya, Uskup Rolly Untu mengajak umat untuk senantiasa tinggal dalam damai yang Tuhan karuniakan kepada seluruh umat manusia.
“Setiap ktia dikasihi oleh Tuhan. Maka dalam perayaan ini adalah untuk menunjukkan betapa besar kasih Allah kepada kita. Ini diberikan bukan karena upaya dan jasa kita, namun secara gratis dikaruniakan oleh Allah sendiri. Kehadiran ktia semua di tempat ini merupakan pernyataan akan kasih Tuhan. Semoga kasih ini mengangkat wajah kita untuk tetap memandang salib Tuhan yang memberikan kehidupan kekal,” tandas Uskup Rolly Untu.
Usai Misa, acara dilanjutkan dengan pentas seni dan budaya yang disaaksikan oleh ribuan pasang mata yang memenuhi kompleks Emmanuel Amphiteater Lotta, Pineleng.
(Frangki Wullur)