Manado – ML Denny Tewu, calon DPD RI 2019-2024 dapil Sulawesi Utara menyampaikan kegembiraannya karena usulannya yang pernah dimuat di media-media untuk menjadikan Manado sebagai Kota Doa direalisasikan juga padahal sebenarnya Manado sudah ada ikon sebagai Kota Cerdas.
“Jadi saya pikir menjadikan Manado sebagai Kota Doa baru dapat direalisasikan walikota pasca pilkada 2020, tapi puji Tuhan para Pimpinan Agama di Sulut dan tokoh masyarakat mampu meyakinkan walikota bahwa Manado Kota Doa sudah mendesak,” ujarnya menambahkan.
Menjadikan Manado Kota Doa akan membuat Manado sebagai kota yang pluralis tetapi religius, lanjut Ketua Umum Rukun Keluarga Besar Tewu/Tewuh ini, dan hal tersebut menjadi penting mengingat Manado memiliki prospek masa depan ekonomi yang baik, tetapi juga potensi bencana seperti yang di sampaikan BMKG bahwa Manado potensi gempa maupun tsunami, dan hanya Tuhan saja yang mampu menghindarkan dari bencana tersebut.
Dalam pandangan Denny Tewu, masyarakat Manado positif dengan sebutan itu karena semua menyadari bahwa kejadian di daerah lain seperti Lombok maupun Palu kiranya tidak terjadi di Manado sebagai Kota doa.
“Menjadikan tanggal 1 tiap bulan untuk doa bersama dimasing-masing rumah ibadah, saya pikir sudah bagus walaupun belum cukup. Doa perlu dilakukan setiap hari oleh semua elemen agama yang ada di Manado, bahkan doa bisa dipanjatkan bukan hanya untuk menghindari bencana, tapi juga untuk kesejahteraan rakyatnya serta keamanan dan banyak hal lainnya,” ujar Denny Tewy.
Perlu ada pokok-pokok doa dari berbagai institusi terkait agar didoakan oleh segenap organisasi agama di Manado, sambung mantan Ketua Umum PDS ini.
“Hal tersebut juga sebagai sosialisasi berbagai program daerah yang selain didoakan juga perlu dipahami dan dilaksanakan oleh segenap masyarakat Manado,” kata Denny Tewu.
(***/PaulMoningka)
Manado – ML Denny Tewu, calon DPD RI 2019-2024 dapil Sulawesi Utara menyampaikan kegembiraannya karena usulannya yang pernah dimuat di media-media untuk menjadikan Manado sebagai Kota Doa direalisasikan juga padahal sebenarnya Manado sudah ada ikon sebagai Kota Cerdas.
“Jadi saya pikir menjadikan Manado sebagai Kota Doa baru dapat direalisasikan walikota pasca pilkada 2020, tapi puji Tuhan para Pimpinan Agama di Sulut dan tokoh masyarakat mampu meyakinkan walikota bahwa Manado Kota Doa sudah mendesak,” ujarnya menambahkan.
Menjadikan Manado Kota Doa akan membuat Manado sebagai kota yang pluralis tetapi religius, lanjut Ketua Umum Rukun Keluarga Besar Tewu/Tewuh ini, dan hal tersebut menjadi penting mengingat Manado memiliki prospek masa depan ekonomi yang baik, tetapi juga potensi bencana seperti yang di sampaikan BMKG bahwa Manado potensi gempa maupun tsunami, dan hanya Tuhan saja yang mampu menghindarkan dari bencana tersebut.
Dalam pandangan Denny Tewu, masyarakat Manado positif dengan sebutan itu karena semua menyadari bahwa kejadian di daerah lain seperti Lombok maupun Palu kiranya tidak terjadi di Manado sebagai Kota doa.
“Menjadikan tanggal 1 tiap bulan untuk doa bersama dimasing-masing rumah ibadah, saya pikir sudah bagus walaupun belum cukup. Doa perlu dilakukan setiap hari oleh semua elemen agama yang ada di Manado, bahkan doa bisa dipanjatkan bukan hanya untuk menghindari bencana, tapi juga untuk kesejahteraan rakyatnya serta keamanan dan banyak hal lainnya,” ujar Denny Tewy.
Perlu ada pokok-pokok doa dari berbagai institusi terkait agar didoakan oleh segenap organisasi agama di Manado, sambung mantan Ketua Umum PDS ini.
“Hal tersebut juga sebagai sosialisasi berbagai program daerah yang selain didoakan juga perlu dipahami dan dilaksanakan oleh segenap masyarakat Manado,” kata Denny Tewu.
(***/PaulMoningka)