Manado, BeritaManado.com — Pengamat Ekonomi, DR Frederik Gerard Worang mengisi masa pandemi dengan berkebun.
Lahan seluas dua hektar miliknya di Desa Tontalete, Kabupaten Minahasa Utara ditanami rica, sayur dan berbagai jenis rempah-rempah.
Meskipun tidak mengejar untung, Frederik yakin berkebun merupakan aktifitas mengasyikan ketimbang berdiam terus di rumah.
“Kebetulan punya lahan jadi diolah. Mungkin September mau panen. Kan lumayan,” kata Frederik kepada BeritaManado, Kamis (2/7/2020).
Praktisnya lagi, Frederik sudah mempunyai rekanan untuk memasarkan hasil panen nanti.
“Apalagi rica selalu menjadi komoditi yang jelas pembelinya,” bebernya.
Frederik mempekerjakan lima orang mengolah kebunnya.
Mulai dari menanam, membersihkan hingga menjaga sampai panen.
“Para pekerja ini diberhentikan saat pandemi, jadi saya panggil bantu-bantu ‘ba kobong’. Gajinya pun sesuai UMR,” kata Worang.
Menurut Frederik, kebiasaan berkebun sudah ditularkan orang tua kepadanya sejak kecil.
Meskipun ayah adalah seorang ABRI kala itu, semangat bercocok tanam menjadi rutinitas kala mendidik lima orang anaknya.
“Selain diajarkan disiplin, kami juga dibiasakan mandiri dan berkebun,” katanya.
Tugas-tugas sebagai dosen, juga menjadi bagian aktifitas Frederik setiap hari.
Bahkan ia mengaku baru saja memberikan ujian via daring kepada mahasiswa master program yang berada di Amerika.
“Kegiatan harus terus berjalan. Komunikasi dengan mahasiswa tetap aktif. Apa yang mereka butuhkan sebisa mungkin kita penuhi,” ujar Worang.
Pria kelahiran 25 April 1964 ini memiliki prinsip hidup sederhana.
Baginya, bisa menyekolahkan dan melihat empat anaknya berhasil sudah lebih dari cukup.
“Karena hidup itu singkat, jadi harus keras. Keras dalam artian tidak lemah. Melainkan tegas dan mampu berkompetisi di zaman yang semakin maju,” ujarnya.
Pengagum Soekarno ini memang dikenal bersahaja.
Pesan orang tua agar selalu menghormati orang lain, terus tertanam dan menjadi teladan bagi anak-anaknya.
“Semua harus dijalani dengan sabar dan biarkan mengalir. Berdoa dan yakin Tuhan beri yang terbaik,” tandasnya.
(Alfrits Semen)