Hari kedua di Qingdao City
Keesokan harinya tanggal 25 Juni 2014, atau hari kedua kunjungan ke Qingdao, seluruh delegasi dari berbagai negara dijadwalkan untuk mengunjungi beberapa lokasi wisata dalam kota (city tour). Dalam perjalanan city tour, menggunakan bus pariwisata, sepanjang jalan para delegasi dipenuhi dengan perasaan kagum atas keindahan setiap sudut kota yang tertata demikian apik dan rapih, serta nampak begitu alamiah, terutama penataan taman bagian tepi jalan dan hutan kotanya.
Penataan ruang publik (Public Space) yang terlihat sepertinya sudah lama dibangun dengan pepohonan rindang, subur dan bunga-bunga indah, serta aksen-aksen patung dan hiasan lain yang menarik, ternyata sebagian besarnya baru selesai ditanam oleh Pemerintah Kota Qingdao. Semangat menjadikan kota Qingdao sebagai A True Eco-city (Kota ramah lingkungan yang sebenarnya), dicanangkan pada tahun 2010. Pada saat itu Pemerintah Qingdao merencanakan untuk mempromosikan konstruksi ekologis dan perlindungan lingkungan. Sejak dicanangkan saat ini telah terbangun area hijau yang baru lebih dari 78 hektar dan target luasan yang tercover menjadi Kawasan Terbuka Hijau adalah sebesar 45 % dari luas kota. Dengan keberhasilan ini, maka tahun 2014 ini pemerintah melaksanakan iven international bernama “World Horticultural Exposition”.
Tujuan City Tour hari kedua ini adalah menuju The Qingdao International Marina & Olympic Sailing Center yang terletak di Beihai Dockyard di teluk Fushan. Di tempat ini pernah dilaksanakan iven dunia lomba Sailing Regattassebagai bagian iven Olympic Games ke-29 pada tahun 2008, dan juga Paralympic Games yang ke-13.Selain keindahan dan penataan ruang marina yang menakjubkan, ada hal yang juga menarik perhatian delegasi Manado yaitu di sana sini terdapat penerangan jalan dengan pembangkit listrik ramah lingkungan, solar cell dan tenaga angin kecil pada setiap tiang lampu. Selesai berkunjung ke The Qingdao International Marina & Olympic Sailing Center, seluruh delegasi diantar melanjutkan kunjungan ke Xiao Qing Dao Park. Taman Xiao Qing Dao ini dulunya adalah sebuah rumah lampu yang dibangun oleh Jerman di sebuah pulau kecil di Qingdao selang masa penjajahan mereka di tahun 1900. Tempat tersebut adalah sebuah daerah militer ketat sampai tahun 1987. Saat ini telah dijadikan kawasan wisata terkenal di Qingdao.
Lokasi pulau wisata ini menarik pengunjung karena letaknya di lepas pantai tetapi mudah dijangkau dengan adanya jetty kecil menyerupai jembatan dan terdapat pula museum peralatan kapal perang di sana. Hiasan alam batu merah dengan beberapa tempatnya dibalut pepohonan hijau dan rindang menambah indah pantai ini. Perhatian delegasi agak terganggu ketika akan segera naik bus meninggalkan tempat ini. Pada suatu sudut pantai yang dipenuhi dengan Algae, sekelompok masyarakat sedang mengangkat algae tersebut ke pantai. Setelah ditanyakan ke tour guide, ternyata hampir di seluruh pantai Qingdao pernah diserang gelombang “green tide” atau gelombang algae pada tahun 2010.
Dan peristiwa tersebut masih menyisakan bekas hingga saat ini. Hal menarik yang dapat dipelajari di sini adalah antusiasme masyarakat menjadi volunteer untuk secara rutin membersihkan dan mengangkut alga dari laut. Dan menurut informasi, saat ini alga tersebut telah diolah menjadi pakan ternak karena sulit untuk dihilangkan sama sekali dari pantai.
Pemandangan seperti ini mirip dengan keadaan Danau Tondano yang hampir tertutup dengan eceng gondok, namun hingga saat ini belum dapat secara siknifikan tertanggulangi. Setelah berkunjung ke taman Xiao Qing Dao tersebut, delegasi dijamu makan siang oleh Pemkot Qingdao disebuah Revolving Restaurants (Restoran yang dapat berputar 360 derajat selama 90 menit dalam sekali putaran) pada lantai 25 Huiquan Dynasty Hotel. Sambil menikmati bermacam-macam sajian, delegasi mengadakan pertemuan dengan the First Secretary Social and Cultural Affairs, Embassy of the Republic of Indonesia, bapak Santo Darmosumarto. Banyak hal yang dibicarakan terkait topik-topik diskusi yang akan dimasukkan dalam pertemuan dan perbincangan bersama dengan Pemkot Qingdao pada momen penandatangan LoI sore harinya.
Sore harinya setelah makan siang, bersama bapak Santo Darmosumarto delegasi diantar menuju kantor Pemerintah Kota Qingdao dan bertemu dengan beberapa pejabat secara berturut-turut di kantor mereka masing-masing, yang pertama di the Division of International Cooperation of Qingdao Municipal Agricultural Commission(Dinas Pertanian).
Pada divisi ini delegasi bertemu dengan tim yang dipimpin oleh Mr. Feng Xiaoqing, sebagai Division Director. Pertemuan diisi dengan presentasi kedua belah pihak tentang gambaran umum kota dan potensi pertanian serta poin-poin yang mungkin dapat dikerjasamakan dalam sektor pertanian. Kepala Bappeda maupun Staf Khusus Walikota, menjelaskan tentang kota Manado adalah sudah bukan lagi sebagai kota pertanian, tetapi potensi kota jasa Manado bisa menjadi kota pengumpul produk pertanian dari kabupaten/kota di wilayah provinsi Sulawesi Utara dan tempat penyaluran produk melalui jalur penerbangan. Sebaliknya kebutuhan akan buah-buahan sub tropis yang selama ini diimport dari China cukup besar, dan peluang untuk penyaluran langsung dari Qingdao akan terbuka bila kerjasama sister city terjalin.
Setelah dengan divisi pertanian, yang kedua delegasi mengadakan pertemuan dengan Director of Tourism Marketing and Promotion Dept., of Qingdao Tourism Administration (Dinas Pariwisata) Mr. Zhang Jun. Dalam pertemuan ini kedua pihak saling memperkenalkan potensi pariwisatanya masing-masing. Mr. Zhang Jun memperkenalkan lokasi-lokasi destinasi wisata kota Qingdao kepada delegasi, dan berjanji akan mempromosikan kota Manado kepada penduduk Qingdao, terutama kepada komunitas diving di sana. Harapan mereka para wisatawan asal Qingdao dapat juga berkunjung ke Kota Manado, apalagi bila jalur penerbangan langsung dari China ke kota Manado bisa dibuka.
Bersambung …