Manila, BeritaManado.com – Keberadaan kelompok Abu Sayyaf yang menculik 3 orang Nelayan (2 WNI dan 1 WN Malaysia) ASG di wilayah perairan Sandakan Malaysia pada 3 Desember 2018, mulai diketahui berlokasi di Pulau Simisa pada akhir Februari 2019 kemudian di-blokade oleh Angkatan Bersenjata Filipina (Armed Forces of the Philippines – AFP).
Duta Besar RI untuk Filipina, Dr. Sinyo Harry Sarundajang, melalui pesan tertulis kepada BeritaManado mengungkapkan operasi militer Filipina untuk pembebasan sandera di Pulau Simisa, pihak Divisi Infantri 11 Jolo dan Western Mindanao Command (Westmincomd) bekerjasama dengan Bais TNI.
Pada Kamis, 4 April 2019 pukul 16.00 Waktu Setempat (WS), terjadi kontak senjata yang mengakibatkan sandera warga negara Malaysia tertembak di badan dan kepala yang kemudian dievakuasi ke Jolo.
Kamis, 4 April 2019, pukul 19.00 Waktu Setempat (WS), dalam situasi terdesak, kelompok bersenjata Abu Sayyaf meninggalkan pulau tersebut dengan berenang ke arah pulau lainnya. Dua sandera WNI ikut berenang menuju pulau seberang karena takut ancaman pembunuhan kelompok ASG.
Jumat, 5 April 2019 pukul 17.45 WS, kedua sandera WNI ditemukan di perairan dekat pulau Mah Manok (pulau kecil ke arah Pulau Banguingui – sebelah utara Pulau Simisa) oleh Patroli Maritim Angkatan Bersenjata Filipina.
Heri Ardiansyah (18 tahun) ditemukan dalam kondisi selamat, sedangkan Hariadin (45 tahun) sudah meninggal akibat kelelahan setelah berenang dari Pulau Simisa ke arah Pulau Mah Manok selama 20 (dua puluh) jam.
Keduanya dievakuasi ke Jolo dan pada Sabtu, 6 April 2019 dibawa ke Pangkalan Militer Westmincomd, Zamboaga City, kemudian akan dilanjutkan dengan pengurusan clearance dan pemeriksaan post mortem examination pada Minggu, 7 April 2019. Saat ini jenazah Sdr. Hariadin disemayamkan di Rumah Duka La Merced Memorial Homes.
Hasil koordinasi KBRI Manila dan KJRI Davao dengan Anti Kidnapping group Philippines National Police dan West Mindanao Command (Westmincomd) Armed Forces of the Philippines mengkonfirmasi kebenaran identifikasi dua WNI dimaksud dan memastikan tidak adanya luka tembak pada jenazah Hariadin. Serah terima kepada KBRI Manila akan dilakukan setelah seluruh proses selesai.
“KBRI Manila menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya Sdr. Hariadin dan mendoakan semoga Almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa, serta keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan menghadapinya,” tulis Sarundajang.
KBRI Manila juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Filipina atas upaya pembebasan kedua sandera WNI dimaksud.
“Proses pemulangan jenazah Almarhum Hariadin dan Saudara Heri Ardiansyah ke Indonesia sedang diupayakan oleh KBRI Manila bekerjasama dengan KJRI Davao, pihak pemerintah dan aparat berwenang Filipina yang terkait, khususnya dalam tahapan pengurusan administrasi yang diharapkan akan segera selesai dalam minggu berjalan ini,” pungkas Sarundajang.
(***/JerryPalohoon)