Bitung, BeritaManado.com – Eno Sri Suryaningsih tidak habis pikir kenapa sampai nama suami dan anaknya tidak ada dalam daftar korban kapal LCT Bora V yang dinyatakan tenggelam dihantam gelombang di Perairan Tagulandang Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).
Padahal, Eno beberapa kali mengantarkan makan ke suami dan anaknya saat kapal LCT Bora V stand by menunggu izin berlayar.
“Nama suami saya, Dedi Ronal Mananeke dan anak bernama Fanish Kalundas. Keduanya tidak ada di daftar korban kapal LCT Bora V, padahal mereka ikut berlayar,” kata Eno, Kamis (25/1/2024).
Eno menceritakan, suaminya adalah seorang supir truk tronton dan kebetulan mendapat tugas memuat salah satu barang milik PLN yang akan dikirim ke Tagulandang menggunakan kapal LCT Bora V.
Anaknya, Fanish, kata dia, ikut mendampingi sang suami sebagai kenek.
“Terakhir bertemu dengan mereka, Sabtu (20/1/2024) sekitar pukul 16.30 Wita di kapal LCT Bora V. Saya kesana untuk mengantarkan makanan dan diminta untuk segera pulang karena hujan deras,” katanya.
Disaat bertemu itu, lanjut warga Kelurahan Pataten II lingkungan Kecamatan Aertembaga ini, posisi kapal masih stand by dan belum ada kepastian kapan berangkat dengan alasan cuaca buruk.
Suami dan anak Eno sendiri sudah stand by di atas kapal LCT Bora V dari Kamis (18/1/2024) bersama tiga truk tronton serta dua truk bisa yang semuanya mengangkut material milik PLN.
“Seingat saya ada empat truk tronton dan dua truk biasa. Total truk ada enam dan rata-rata saya kenal para supir yang ikut berlayar bersama suami serta anak,” katanya.
Sabtu malam sekitar pukul 21.13 Wita, kata Eno, dirinya mendapat pesan via WhatsApp oleh anaknya bahwa mereka sudah berlayar dan sementara berlabuh di Pulau Lembeh, tepatnya di depan Kelurahan Kareko Kecamatan Lembeh Utara karena cuaca buruk.
“Katanya mereka sudah sempat keluar dari Selat Lembeh, tapi berbalik karena cuaca buruk. Saya berharap mereka akan kembali ke pelabuhan sambil menunggu cuaca membaik, tapi tidak,” katanya.
Minggu (21/1/2024), sekitar pukul 20.20 Wita, ia mendapat informasi dari anaknya jika posisi mereka sudah di antara Biaro dan Tagulandang dengan posisi cuaca buruk.
Bahkan, anaknya sempat mengirimkan video pendek menunjukkan mereka mengenakan baju pelampung.
“Jadi komunikasi terakhir itu, anak saya menyampaikan kondisi cuaca buruk dan mereka semua diminta menggunakan baju pelampung. Bahan ia mengirimkan video pendek kondisi mereka menggunakan baju pelampung,” katanya.
Namun anehnya, lanjut Eno, nama suami dan anaknya tidak ada dalam daftar orang yang berada di atas kapal LCT Bora V. Ia berusaha mencari informasi kepada sopir dan kenek yang selamat, tapi tak membuahkan hasil.
“Di Pol Air, saya kesana saat para korban yang selamat dievakuasi. Tapi tidak diijinkan untuk bertemu dengan mereka, padahal saya hanya ingin menanyakan kondisi suami dan anak saya,” katanya.
Ia juga berharap pihak berwenang agar mengumumkan data orang yang ikut berlayar. Karena sampai saat ini, data baik itu jumlah dan nama korban masih simpang siur.
“Sampai hari ini, pihak berwenang apakah itu KSOP, Basarnas, Polisi atau agen belum ada yang datang meminta data kepada kami. Ini membuat kami bingung, apalagi di media sosial ramai beredar daftar nama korban yang tidak mencantumkan nama suami dan anak saya,” katanya.
Pun demikian, Eno berharap suami dan anaknya ditemukan selamat dan meminta agar Tim SAR gabungan tetap melakukan upaya pencarian dengan maksimal.
“Kalau bisa jangan hanya tujuh hari pencarian, tapi ditambah. Kami tetap berharap Dedi dan anaknya ditemukan,” katanya.
(abinenobm)