
Tutuyan – Desa Atoga yang ada di Kaupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) dilanda ‘banjir’. Namun hal itu bukan membuat masyarakat ketakutan dan bersedih, akan tetapi justru tersenyum.
Banjir yang dimaksud bukanlah karena meluapnya air sungai namun karena melimpahnya hasil panen cengkih yang ada di kawasan perkebunan yang dahulunya merupakan hutan belantara.
Pantauan BeritaManado.com ketika mengadakan perjalanan dengan rute Belang (Minahasa Tenggara) ke Kota Kotamobagu, Sabtu (6/8/2016), pohon cengkih yang ditanam di dataran tinggi itu bahkan ada yang sudah pecah bunga.
Kelimpahan salah satu jenis rempah-rempah yang bikin ‘gila’ bangsa-bangsa Eropa pada zaman dahulu seperti Spanyol, Portugis dan Belanda itu tidak diimbangi dengan ketersediaan tenaga kerja untuk memanennya.
Kawasan perkebunan tersebut memang ada sebagian yang merupakan milik dari warga di luar Boltim, namun bukan soal kepemilikannya tetapi melimpahnya buah cengkih yang sudah sejak dahulu menjadi primadona Nyiur Melambai khususnya di Bumi Totabuan.
Herry salah satu warga desa setempat kepada BeritaManado.com mengatakan bahwa dirinya sangat senang dan bersyukur atas rejeki yang sekian lama dirindukan.
Apalagi pada waktu musim kemarau panjang tahun 2015 lalu.
“Saat itu meski pohon cengkih di daerah ini tetap bertahan, namun kami sempat khawatir dengan masa berbuahnya. Namun berkat doa dan harapan masyarakat yang begitu kuat, akhirnya apa yang diidamkan terwujud juga. Bahkan ketika Tuhan memberikan berkatnya, kami sendiri kewalahan untuk memanennya,” katanya. (frangkiwullur)