Belum berbilang minggu, kematian terus menjejal kaum karib kerabat muda bahkan sanak saudara.
Isyarat kematian tampak menjadi salah satu nasehat terbaik.
Sedang kehidupan itu sendiri bisa menjadi nasehat terburuk.
Dengan kata lain, alamat kehidupan itu bukan tertuju pada karir, posisi, kekuasaan atau apapun hasrat kita untuk merangkul atau memeluk dunia dan semesta kehidupan, jika kelak — lambat atau cepat — maut (kematian) akan menjemput dengan pelbagai cara dan manifesnya.
Belum pula berbilang bulan, saya sering mengingatkan hidup saya sendiri dan juga kaum keluarga dan kerabat bahkan handai tolan agar merefleksikan semesta kehidupan itu pada ihwal kematian apapun sebab-musababnya.
Sejatinya, terbaik untuk diri kita sendiri untuk terus bermenung dalam ketaatan dan ketaqwaan atau mungkin saja dalam keingkaran sekalipun bahwa alamat kehidupan apapun yg kita perani dan jalani, pada akhirnya menuju pada kematian.
Orang Jerman, tempat saya pernah menempuh kuliah (Universitas Otto Friedrich kota Bamberg) punya ungkapan: Sein zum Tode.
Jika diterjemahkan secara leluasa, Sein zum Tode (Hidup Ada untuk Mati). Begitu singkat ungkapan ini.
Tapi, itu bisa menjelaskan sejarah panjang kehidupan yang dalam hitung “anno domino” atau masehi (ketika Jesus bin Isa Almasih sedang mewartakan “kabar hidup”[Injil]) baru saja berbilang 2019 x 365 (735.935 hari).
Ternyata, riwayat hidup (brief of time) ini begitu singkat.
Sesingkat ketika kita dihadapkan pada ajal.
Karena itu, tak bosan-bosan dan jenuh saya mengingatkan diri saya dalam pelbagai status di medsos agar berbagi renungan, refleksi bahkan kontemplasi untuk menjalani sisa usia kita dalam semesta dan kedahsyatan rahasia kematian.
In kulli nafsi ja’ikatul maut. Walli kulli umatin min ajal (Tiap yang hidup akan menemui mati. Tiap umat bakal memiliki ajal).
Dengan itu, marilah kita sama-sama buat banyak kebaikan.
Perbanyak amalan.
Perbanyak sedekah.
Perbanyak bersilaturahmi.
Perbanyak saling menasehati.
Perbanyak ketaatan dan sujud syukur agar insyaallah kematian adalah alamat bagi panjangnya kekal hidup kita semua.
CaRis (Catatan Ringkas) oleh:
Reiner Emyot Ointoe (REO)
*) REO, fiksiwan yang memulai karirnya di bidang penulisan di media-media lokal hingga nasional. Telah melahirkan lebih dari dua puluh buku mengenai kebudayaan, sastra, sejarah dan profil tokoh.
(***/rds)