“(semoga) Tak ada lagi ‘Muka Besae’ yang susah melayani”
Ya. Sepekan kemarin, secara umum, saya melakukan trip ke beberapa kabupaten kota.
Dari sana, terlihat langsung pada aneka keberhasilan: seperti kian berkembangnya pengelolaan destinasi di 15 kabupaten kota di Sulut yang kian baik. Ini dibuktikan kian ramainya obyek wisata, destinasi buatan baru yang dikelola swasta, kelompok sadar wisata. Tak lagi milik pemerintah.
Kota Tomohon kian cantik dengan sekitar 20 obyek wisata pendukung. Apalagi hadirnya Desa Wisata Kakaskasen II.
Di sini, wajah gunung Lokon bagaikan dilukis dengan kemasan atraksi menarik. Apakah tempat yang masuk dalam 75 nominasi anugerah desa wisata 2023 dikelola pemerintah? Hmm tidak. Justru oleh sekelompok warga. Pokdarwis Kakaskasen II.
Bagaimana dengan Bolmong Raya? Saya tak mau beber soal Kotamobagu. Karena di sana, kita mahfum kemajuan jasa restoran dan hotelnya. Tapi sy ajak Ke arah Bolmut?
Di Boroko, tak perlu risau kalau lelah menelusuri perjalanan darat Trans Sulawesi. Mampirlah di Batu pinagut. Hingga deretan cafe bersih, makanan lezat menarik di dalam kota Boroko sampai Bolangitang. Mampir juga ke Lolak Bolmong. Di Desa Maelang? Anda tak saja disuguhkan kuliner ikan bakar dabu dabu sedap di tepi Bronjong Pante Maelang.
Tapi di sana, ada anak muda bernama Ending. Dia siap melukis wajah anda dengan cat timbul. Keren!
Masih banyak lagi aneka penataan destinasi dengan tatakelola nan unik di kabupaten kota lainnya.
Untuk event dan atraksi?
Tak kalah menarik. Salah satunya yang baru usai, Festival Bunga Tomohon.
Intinya, aneka atraksi kian banyak hadir. Tak sebagai even tahunan, tapi sajian di berbagai destinasi wisata tersuguh menarik, kreatif dan inovatif.
Bahkan konektivitas, khususnya pada konektivitas udara dan laut. Kita lihat di Manado, Bitung, menuju berbagai penjuru dunia, telah terjalin: teranyar, penerbangan China Southern Airlines (CsA) membuka Guangzhou Manado secara regular seminggu 4x.
Di luar adanya penerbangan langsung Singapore Manado seminggu x bersama Scoot Tigerair dan Manado Narita Tokyo dgn Garuda.
Meski begitu, di catatan kali ini, saya ingin sodorkan salah satu keberhasilan sektor pariwisata saat ini adalah mulai hadirnya SDM (sumber daya manusia) handal di sektor pariwisata. Yaitu kawan kawan di sektor pelayan jasa. Seperti pelayan restoran, hotel hingga petugas toilet di Bandara Sam Ratulangi Manado.
Saya temukan langsung sepekan kemarin, tiga sosok yang saya pribadi layak menyebut mereka “Orang Sulut Hebat”.
Disebut demikian karena dedikasi mereka dalam kerja. Mereka mampu melayani dengan hospitality luarbiasa. Mulai dari senyum ramah tamah sapa tamu, membacakan SOP usai dengar orderan konsumen dengan sabar sambil senyum.
Hingga, ini yang bikin saya takjub. Ada di antara mereka yang melayani tamu sambil memberikan hormat. Mirip warga Jepang or Korea. Membungkuk penuh hormat.
Beberapa dari mereka, saya contohkan ada tiga orang.
Yang pertama ada di bagian house keeeping kebersihan toilet dan sarana kedatangan terminal Bandara Sam Ratulangi. Lalu ada pelayan restoran di Cafe D Kampung Manado Town square. Dan pelayan resto di Kampoeng Tenga Fresh mart Paniki Manado.
Sebagai bagian dari tim kepariwisataan provinsi Sulut, saya merasa bangga dan terhormat menyapa langsung dan foto dengan sosok sosok Sulut Hebat ini. Karena dari merekalah terlihat jelas keberhasilan transformasi. Perubahan. SDM Sulut dalam hospitality.
Saya sebut demikian sebab selama ini begitu banyak anggapan miring. Pesimisme bahkan kerap dijadikan guyonan kisah miris. Stigma jelek tentang SDM Sulut yang dikesankan seolah susah melayani tamu/turis. Restoran or hotel di Manado identik dengan wajah merengut (muka Besae’ kerap dijuluki) berhadapan dengan turis atau tamu.
Bahkan kerap didramatisir pesimisme itu dikaitkan upaya Gubernur intens penuh semangat mendatangkan wisatawan dan menjadikan Sulut destinasi wisata internasional.
“Apa iya Sulut bisa jadi destinasi pariwisata dunia? Pelayanannya banyak ‘muka Besae’?” Kerap ini jadi sindiran!
Namun begitu, Kadis Pariwisata Sulut sahabatku Pak Henry Kaitjily dkk Kadis Pariwisata di kabupaten kota didukung para stakeholder pariwisata justru semakin bersemangat mengikis pesimisme itu. Wajah muka Besae’ perlahan tapi pasti diubah dengan wajah cantik.
Caranya? Intens diadakan berbagai pelatihan dengan pembiayaan DAK non fisik misalnya, pelatihan hospitality gencar digeber di berbagai kabupaten kota.
Di Dispar Sulut malah, pelaksanaanya bagaikan kuliah tatap muka rutin per bulan. Tak itu saja. Sebab berbagai asosiasi pariwisata kayak IPI Dpdipi Sulut, Asita Sulawesi Utara, Astindo Sulut, HPI, gencar melaksanakan pelatihan pelayanan.
Ada juga per orangan, seperti Profesor Intourism Betel Lagarense, GM Angkasa Pura I Pak Minggus Gandeguai, Ibu Merry Karouwan II, James Graciaz, Hartini Mochtar, Lenny Suparti, Deiby Pangemanan dan Sandra Daisy Terok, semua punya semangat sama. Ikut benahi sektor pariwisata khususnya di sektor hospitality.
Nah. Seperti banyak ungkapan mengatakan: Usaha tak menghianati hasil.
Bertemu ketiga sosok hebat ini, yang saya cerita di atas, saya bangga. Optimis sekaligus bahagia. Melayani dengan tulus, adalah sebuah keniscayaan. Akan menjadi good habit bagi SDM di Sulut.
Di sisi lain, upaya keroyokan semua stakeholder pariwisata di Sulut dalam memerangi lewat aneka pelatihan, terhadap si ‘muka Besae’ yang susah melayani mulai sirna. Perlahan tapi pasti.
“Saya tak malu dengan kerja ini. Sebab, kerja saya adalah ibadah saya. Ladang ibadah saya bagi anak isteri di rumah dan masyarakat,” kata salah satu dari ketiga pelayan, sosok Sulut Hebat ini, saat saya temui.
Gubernur Bapak Olly Dondokambey berulangkali menegaskan, membangun Sulut, harus disadari pada kecintaan terhadap kerja yang kita lakukan.
“Jadikan pekerjaan kita sebagai ibadah. Tidak sekadar kewajiban kantor atau perusahan,” pesan Pak OD, sapaan akrab Gubernur pembuka Gerbang Pasifik Indonesia ini.
So?
Kepada ketiga kawan sosok Sulut Hebat yang saya ceritakan di atas dan pajang foto mereka, saya apresiasi dan salut buat kalian.
Kalian akan jadi contoh bagi para ujung pariwisata Sulut lainnya yang sedang berada di garda terdepan pelayanan pariwisata. Maju terus and semangat ya buat kalian.
Bahkan semua kawan yang saat ini bekerja di sektor pariwisata, maju terus. Bersama torang benahi dan wujudkan keramahtamahan dalam melayani tamu. Pelanggan hingga turis adalah kewajiban kita. Ibadah syukur kita kepada Tuhan. Sehingga, tamu dan turis akan semakin betah dan mau balik lagi ke Sulut. Dan ketika turis membanjir. Hotel dan resto penuh. Destinasi rame.
Kesejahteraan bagi masyarakat Sulut. Kemajuan bagi daerah tercinta.
Kalimat “The Smilling People” tak sekadar semua slogan tapi keniscayaan.
Stigma SDM Sulut susah di muka besae, sudah mulai ditinggalkan. Kita optimis yakin katakan: Bye bye muka Besae.
Semoga hospitality, pelayanan service excellent akan terus menjadi kebiasaan kita mewujudkan Sulut sebagai Gateway of Pasifik.
Maju Sulut. Maju terus. Lanjutkan. Sulut Hebat. Olly-Steven!!
*Penulis, Staf Khusus Gubernur Sulut bidang pariwisata, Jurnalis
Catatan DINO GOBEL lainnya:
- Pariwisata Sulut Terus Menggeliat
- Berkah ku, With “The Lasallian”
- Sukses TIFF Tomohon 2023 dan Sukses Kemasan Ibu Rita Tamuntuan
- Sim Salabim, Manado Cantik, Pak Andrei
- Batoki Pintu Negeri Singa
- Kejutan Batu Pinagut dan Sebutan Henry: “Bolmut Serambi Pariwisata Sulut”
- Laju Pertumbuhan Pariwisata Sulut Tertinggi di Indonesia
- OLLY DONDOKAMBEY Sukses Buka Gerbang Utara Pasifik
- Spirit OLLY DONDOKAMBEY dan Antusiasme Dispar Kab/Kota