Manado, BeritaManado.com — Peristiwa heroik 14 Februari 1946 yang dikenal dengan peristiwa Merah Putih ternyata tidak populer dikalangan warga Sulawesi Utara secara umum.
Itu sebabnya, tidak ada peringatan lebih yang diberikan seperti hari raya kepahlawanan lainnya.
Bahkan, meski namanya Hari Merah Putih, tapi tidak ada pengibaran bendera Merah Putih yang dikhususkan untuk hari ini.
Namun yang ada adalah bagi-bagi coklat, bunga dan hadiah lainnya dalam rangka merayakan hari kasih sayang.
Itu sebabnya, dalam Seminar Kebangsaan Pemuda KGPM yang dilaksanakan pada Rabu (12/2/2025) di KGPM Mesias Ranomuut disebut, Pemuda KGPM dapat mengusulkan penetapan peraturan daerah (Perda) kepada pemerintah.
Usulan Perda tersebut yaitu setiap rumah, gedung pertokoan, kantor lembaga, instansi, sekolah, kampus dan lainnya wajib memasang bendera Merah Putih setiap tanggal 14 Februari.
Dengan demikian, nuansa Hari Merah Putih lebih terasa dan yang belum tahu tentang kisah sejarah ini akan jadi tahu.
Apalagi, ada banyak peninggalan sejarah di Manado, diantaranya Jalan 14 Februari, Kodam XIII/Merdeka dan Markas Pomdam XIII/Merdeka (dulu Mako Yonif Raider 712/Wiratama) dan lainnya.
“Usulan tersebut, Perda setiap rumah pasang bendera Merah Putih, bisa disampaikan oleh Pemuda KGPM karena Hari Merah Putih ini bukan hanya tentang KGPM, tapi tentang Sulawesi Utara dan Indonesia,” ujar Tenni.
Dalam momen tersebut, Tenni pun menyebut jika perisitiwa Merah Putih punya nilai sejarah yang sama dengan Bandung lautan Api dan Ambarawa sehingga peristiwa heroik ini juga harus dapat tempat yang sama.
Apa itu peristiwa Merah Putih?
Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 adalah tonggak perjuangan rakyat Sulawesi Utara dalam mengusir penjajah Belanda.
Perebutan kekuasaan yang ditandai dengan dikuasainya tangsi militer Belanda di Teling dan dinaikkannya bendera Merah Putih.
Hal itu mempertegas bahwa Sulawesi Utara adalah bagian dari bangsa Indonesia yang telah merdeka pada 17 Agustus 1945.
“Makanya Presiden Soekarno pada peringatan Peristiwa Merah Putih 14 Februari 1946 pada tanggal 10 Maret 1965 di Istana Negara mengatakan peristiwa ini harus menjadi Hari Sulawesi Utara,” kata Tenni Assa.
Tenni Assa diketahui menulis biografi Ch Ch Taulu dalam tugas akhirnya di Jurusan Sejarah Fakultas Sastra sekarang Fakultas Ilmu Budaya Unsrat.
Tidak itu saja, Tim Peneliti Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Sulut menambahkan, Presiden Soeharto pada apel siaga memperingati Hari Pramuka pada 18 Agustus 1984 di Bumi Perkemahan Cibubur mengatakan, peristiwa 14 Februari 1946 adalah peristiwa Merah Putih di Sulawesi Utara yang sejajar dengan pertempuran Krawang-Bekasi, pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang dijadikan Hari Pahlawan, pertempuran Bandung Lautan Api, Perang Puputan Margarana di Bali dan perang Rakyat Aceh.
Sulawesi Utara dalam hal ini Manado dalam catatan sejarah mempunyai andil yang sangat besar dalam usaha memerdekakan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Tercatat tokoh seperti Gerungan Saul Samuel Jakob Ratulangi atau dikenal Sam Ratulangi, Mr AA Maramis, LN Palar, Arnold Mononutu, dr Tumbelaka dan tokoh lainnya, peran mereka sangat besar.
“Mereka adalah putra-putra terbaik Sulawesi Utara,” tegas Tenni.
(srisurya)