Minut, BeritaManado.com – Tim Fasilitator Tular Nalar menyelenggarakan pelatihan dengan topik ‘Mencegah Penipuan Digital, Hoax dan Ujaran Kebencian,’ di GMIM Baitel Sarawet, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara, Senin (28/11/2022).
Fasilitator Tular Nalar menjelaskan tentang modus-modus penipuan menggunakan ponsel dengan metode belajar kelompok.
Para lansia merasa sangat senang karena bisa lebih paham tentang cara menghadapi para oknum penipu yang suka minta pulsa atau minta dikirim uang via telepon.
Koordinator Tular-Nalar Wilayah Manado Provinsi Sulawesi Utara Dr Leviane Jackelin Lotulung mengatakan ada yang menipu via telepon ada yang via aplikasi percakapan antara lain WA (whatsapp) yang memang banyak digunakan orang Manado.
“Teknologi ada dampak positif ada negatif. Dampak negatif antara lain dipakai untuk penipuan yang sekarang memang makin marak dan sasaran mereka para pengguna ponsel antara lain para lansia,” jelas dosen FISIP Unsrat Manado ini.
Modus penipuan yang marak antara lain ada oknum penipu yang ada dibalik telepon akan mengaku polisi lalu mendesak targetnya untuk kirim sejumlah uang atau sejumlah pulsa.
Penipu akan mendesak targetnya untuk segera kirim pulsa atau uang tanpa memberitahukan orang lain dengan alasan anggota keluarga target yang tertangkap narkoba dan supaya segera bebas dan tidak mempermalukan keluarga.
Modus yang sama via telepon yaitu oknum penipu mengaku sebagai perawat atau dokter di UGD yang meminta dikirim sejumlah uang karena ada anggota keluarga yang kecelakaan dan harus segera operasi.
Begitu juga via sms modusnya iming-iming hadiah Rp100 juta tapi targetnya harus mengirim dulu ongkos kirim atau biasa administrasi.
Nama Bank BRI, Pertamina, Kementerian Sosial dan sejenisnya sering dicatut untuk meyakinkan target penipuan.
“Semua informasi yang tidak meyakinkan sebaiknya lakukan cek fakta atau bertanya kepada pihak yang lebih berpengalaman supaya tidak terjebak penipuan,” ungkap Lotulung.
Ia juga menjelaskan bahwa Tim Tular Nalar ini sebagian besar merupakan dosen dan mahasiawa dari Universitas Sam Ratulangi Manado, IAIN Manado, UTSU Manado yang berkomitmen untuk mengabdikan diri dalam program untuk literasi digital di wilayah Sulawesi Utara.
Tular Nalar adalah organisasi nirlaba dan non politik yang berpusat di Yogjakarta.
Sebagian besar anggotanya adalah akademisi yang tergerak hati untuk membantu sesama dalam hal transfer ilmu dan pengalaman untuk mencegah kejahatan di dunia informasi dan teknologi.
“Dari pelatihan ini juga kami ingin memotivasi para lansia bahwa di usia senja mereka sangat berguna antara lain menjadi pelindung dalam keluarga. Pelindung yang dimaksudkan dalam membagi motivasi dan pengalaman hidup supaya anak cucu mereka bisa mengambil keputusan yang tepat ketika menghadapi masalah atau situasi tertentu. Berkaitan pelatihan ini, agar para Lansia bisa menjadi penolong untuk anak cucunya supaya jangan tertipu atau terjebak dengan penipuan via telepon atau aplikasi percakapan,” urai Lotulung yang mengambil gelar doktor di Universitas Padjajaran Bandung.
Menurutnya lansia juga bisa menjadi ujung tombak keluarga terkait literasi digital.
“Ketika lansia sudah dilatih bagaimana menghadapi oknum penipu dengan modus-modusnya maka kami yakin mereka akan menjadi ujung tombak keluarga supaya tidak terjebak penipuan via telepon. Selain itu para lansia juga sudah bisa membedakan mana hoax mana fakta. Itulah tujuan pelatihan ini yaitu pemberdayaan para lansia secara positif,” tambahnya.
Selain Lotulung, hadir sebagai pemandu acara merangkap fasilitator Yudith Rondonuwu, Lalu fasilitator dari Unsrat Manado lainnya yaitu, Eva Marentek, Lingkan Tulung, Anita Runtuwene, Iwan Ngadiman, Dr Sumenge Tangkawarouw, Brian Pratasik dari mahasiswa Unsrat dan tenaga fasilitator dari Kemensos RI Terry Rambi dan Ayu Mega Rondonuwu.
Selain pelatihan literasi digital untuk lansia, tim Tular-Nalar juga rencananya akan mengadakan pelatihan dengan tema yang sama untuk pelajar atau anak muda pada usia pemilih pemula. Kegiatan ini ikut di dukung penuh oleh Komunitas Likupang Raya (KLiR).
“Target peserta adalah 100 orang lansia dan 100 pemilih pemula. Dengan harapan dari mereka bisa terjadi transfer ilmu ke orang lain apakah itu teman, keluarga atau tetangga agar tidak terjebak penipuan, hoax dan dampak buruk lainnya dari handphone,” tutup Lotulung.
(***/Finda Muhtar)