Manado, BeritaManado.com – Pemimpin Daerah yang bisa membawa pembaruan bagi provinsi/kota/kabupaten, rekam jejaknya, hati nurani dan berdoa adalah sejumlah cara yang disarankan ML Denny Tewu, bakal calon DPD RI asal Sulawesi Utara tahun 2019-2024 untuk menentukan pilihannya pada Pilkada serentak 27 Juni mendatang.
Cara ini pula yang dapat dilakukan pada Pemilihan Legislatif tahun 2019, tambah Denny, ada baiknya membuat kontrak politik dengan caleg untuk kemajuan daerah, tanpa iming-2 imbalan uang atau fasilitas tertentu.
“Money politik mengakibatkan Calon Legislative (Caleg) yang sudah menjadi Anggota Legislatif (Aleg) tidak perduli lagi dengan komitmennya sebagai wakil rakyat,” jelas dosen magister manajemen Universitas Kristen Indonesia, Jakarta ini.
Dari apa yang dia lihat, jika caleg sudah menjadi aleg, karena merasa sudah ‘membayar’, ada yang tidak mau lagi ‘bersentuhan’ dengan masyarakat. Rumah mereka tidak lagi menjadi tempat yang terbuka. “Ada istilah saat menjadi Caleg kaca mobil terbuka besar, namun saat menjadi Aleg kaca mobil ditutup rapat-rapat pakai riben lagi, itulah akibat hasil money politik,” tambah bapak tiga anak ini.
Penerima anugerah Pemimpin Politik Kristen dari salah satu media di Jakarta ini mengajak masyarakat untuk kembali pada hati nurani dan kebesaran jiwa untuk belajar menolak uang yang bukan menjadi haknya. Ia mencontohkan, bahwa untuk mendapatkan uang orang buta saja mau ‘bekerja’ dengan menjajakan sesuatu.
“Jadi, masyarakat hendaknya memilih karena sesuai dengan kata hatinya. Bukan saya katakan, tidak ada uang harus dikeluarkan, tapi jika itu untuk operasional para relawan hal itu sah saja karena mereka sudah ikut membantu sosialisasi sang caleg,” jelas Ketua Umum Rukun Keluarga Besar Tewu/Tewuh ini.
Siapa pun yang nantinya terpilih sebagai pemenang dalam Pilkada serentak ini, maka sebaiknya semua pihak bisa menahan diri. Jangan main hakim sendiri sebab Indonesia adalah negara hukum dan hukum harus kita jadikan sebagai panglima. Jika semua taat pada mekanisme hukum yang berkeadilan, niscaya negara kita akan damai dan sejahtera, kata Denny pula.
Namun, lanjut dia, musuh besar demokrasi adalah ketidak sabaran, ketidak sabaran ini yang bisa menyebabkan kekacauan. Tetap kedepankanlah kesabaran karena tujuan mereka yang mau maju sebagai pemimpin adalah membangun daerahnya dan bukan menghancurkannya.
“Pemimpin boleh berganti, tapi daerah kita harus tetap berdiri teguh dan semakin baik di waktu yang akan datang,” dia mengingatkan.
(***/PaulMoningka)
Manado, BeritaManado.com – Pemimpin Daerah yang bisa membawa pembaruan bagi provinsi/kota/kabupaten, rekam jejaknya, hati nurani dan berdoa adalah sejumlah cara yang disarankan ML Denny Tewu, bakal calon DPD RI asal Sulawesi Utara tahun 2019-2024 untuk menentukan pilihannya pada Pilkada serentak 27 Juni mendatang.
Cara ini pula yang dapat dilakukan pada Pemilihan Legislatif tahun 2019, tambah Denny, ada baiknya membuat kontrak politik dengan caleg untuk kemajuan daerah, tanpa iming-2 imbalan uang atau fasilitas tertentu.
“Money politik mengakibatkan Calon Legislative (Caleg) yang sudah menjadi Anggota Legislatif (Aleg) tidak perduli lagi dengan komitmennya sebagai wakil rakyat,” jelas dosen magister manajemen Universitas Kristen Indonesia, Jakarta ini.
Dari apa yang dia lihat, jika caleg sudah menjadi aleg, karena merasa sudah ‘membayar’, ada yang tidak mau lagi ‘bersentuhan’ dengan masyarakat. Rumah mereka tidak lagi menjadi tempat yang terbuka. “Ada istilah saat menjadi Caleg kaca mobil terbuka besar, namun saat menjadi Aleg kaca mobil ditutup rapat-rapat pakai riben lagi, itulah akibat hasil money politik,” tambah bapak tiga anak ini.
Penerima anugerah Pemimpin Politik Kristen dari salah satu media di Jakarta ini mengajak masyarakat untuk kembali pada hati nurani dan kebesaran jiwa untuk belajar menolak uang yang bukan menjadi haknya. Ia mencontohkan, bahwa untuk mendapatkan uang orang buta saja mau ‘bekerja’ dengan menjajakan sesuatu.
“Jadi, masyarakat hendaknya memilih karena sesuai dengan kata hatinya. Bukan saya katakan, tidak ada uang harus dikeluarkan, tapi jika itu untuk operasional para relawan hal itu sah saja karena mereka sudah ikut membantu sosialisasi sang caleg,” jelas Ketua Umum Rukun Keluarga Besar Tewu/Tewuh ini.
Siapa pun yang nantinya terpilih sebagai pemenang dalam Pilkada serentak ini, maka sebaiknya semua pihak bisa menahan diri. Jangan main hakim sendiri sebab Indonesia adalah negara hukum dan hukum harus kita jadikan sebagai panglima. Jika semua taat pada mekanisme hukum yang berkeadilan, niscaya negara kita akan damai dan sejahtera, kata Denny pula.
Namun, lanjut dia, musuh besar demokrasi adalah ketidak sabaran, ketidak sabaran ini yang bisa menyebabkan kekacauan. Tetap kedepankanlah kesabaran karena tujuan mereka yang mau maju sebagai pemimpin adalah membangun daerahnya dan bukan menghancurkannya.
“Pemimpin boleh berganti, tapi daerah kita harus tetap berdiri teguh dan semakin baik di waktu yang akan datang,” dia mengingatkan.
(***/PaulMoningka)