BITUNG — Pelaksaan Ujiaan Nasional (UN) tingkat SMA/SMK/MA yang dimulai Senin (18/04) pagi, rupanya membawa tekanan bagi 1945 siswa yang mengikutinya. Pasalnya menurut pengakuan Kepsek SMK Negeri 2 Bitung, Willy Kojongian, di hari pertama ini pihaknya merasa sangat cemas dengan model ujian yang lain dari pelaksanaan ujian-ujian tahun sebelumnya dan hal itu juga dirasakan oleh para siswa.
“Sebelum UN dimulai, saya sempat menghubungi beberapa kepsek yang ada di kota Bitung terkait model soal ujian yang menimbulkan kecemasan, dan hal tersebut juga dirasakan oleh mereka,” kata Kojongian.
Menurut Kojongian, bukan hanya nilai standar kelulusan yang kini ditargetkan 5.5 yang menjadi kekuatiran. Namun setelah melihat sistem soal yang dipergunakan ada 5 model soal yang diberikan, belum temasuk 2 model soal cadangan yang disiapkan.
“Semua model soal berbeda dan ini jelas membuat kami kuatir, apalagi para siswa yang mengikuti UN,” tambahnya.
Lebih lanjut Kojongian mengatakan, meski kegiatan remedial/try out dan juga pelatihan siswa sebelumnya telah dimantapkan, namun pihaknya hanya bisa mentargetkan kelulusan siswanya sekitar 75%.
Kekuatiran Kojongian ini juga diutarakan salah-satu perwakilan komite sekolah Alonso Budiman, dimana dirinya berharap ada dukungan moral dari orang tua dan pejabat yang ada di kota Bitung. Mengingat para siswa sebelum pelaksanaan UN sudah dibebankan dengan berbagai persiapan, demi mencapai nilai kelulusan 5,5.
“Jadi kami berharap para pejabat bisa melakukan kunjungan ke tiap sekolah yang menggelar UN untuk memberikan motivasi kepada siswa yang mengikuti UN dan hal ini sangat dibutuhkan untuk membangkitkan kepercayaan diri dalam menjawab soal,” cetus Budiman.
Sementara itu, dari data sementara yang berhasil dirangkum dari Dinas Pendidikan Kota Bitung, ada 14 siswa SMK dan 5 siswa SMA tidak mengikuti ujian akhir nasional. (en)
BITUNG — Pelaksaan Ujiaan Nasional (UN) tingkat SMA/SMK/MA yang dimulai Senin (18/04) pagi, rupanya membawa tekanan bagi 1945 siswa yang mengikutinya. Pasalnya menurut pengakuan Kepsek SMK Negeri 2 Bitung, Willy Kojongian, di hari pertama ini pihaknya merasa sangat cemas dengan model ujian yang lain dari pelaksanaan ujian-ujian tahun sebelumnya dan hal itu juga dirasakan oleh para siswa.
“Sebelum UN dimulai, saya sempat menghubungi beberapa kepsek yang ada di kota Bitung terkait model soal ujian yang menimbulkan kecemasan, dan hal tersebut juga dirasakan oleh mereka,” kata Kojongian.
Menurut Kojongian, bukan hanya nilai standar kelulusan yang kini ditargetkan 5.5 yang menjadi kekuatiran. Namun setelah melihat sistem soal yang dipergunakan ada 5 model soal yang diberikan, belum temasuk 2 model soal cadangan yang disiapkan.
“Semua model soal berbeda dan ini jelas membuat kami kuatir, apalagi para siswa yang mengikuti UN,” tambahnya.
Lebih lanjut Kojongian mengatakan, meski kegiatan remedial/try out dan juga pelatihan siswa sebelumnya telah dimantapkan, namun pihaknya hanya bisa mentargetkan kelulusan siswanya sekitar 75%.
Kekuatiran Kojongian ini juga diutarakan salah-satu perwakilan komite sekolah Alonso Budiman, dimana dirinya berharap ada dukungan moral dari orang tua dan pejabat yang ada di kota Bitung. Mengingat para siswa sebelum pelaksanaan UN sudah dibebankan dengan berbagai persiapan, demi mencapai nilai kelulusan 5,5.
“Jadi kami berharap para pejabat bisa melakukan kunjungan ke tiap sekolah yang menggelar UN untuk memberikan motivasi kepada siswa yang mengikuti UN dan hal ini sangat dibutuhkan untuk membangkitkan kepercayaan diri dalam menjawab soal,” cetus Budiman.
Sementara itu, dari data sementara yang berhasil dirangkum dari Dinas Pendidikan Kota Bitung, ada 14 siswa SMK dan 5 siswa SMA tidak mengikuti ujian akhir nasional. (en)