Manado, BeritaManado.com – Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado melalui Lembaga Pengabdian kepada masyarakat telah melaksanakan program kemitraan kepada masyarakat petani yang ada di Desa Tumaratas Kecamatan Langowan.
Kegiatan ini khususnya bagi para petani tomat yang merupakan komoditas andalan desa ini.
Melalui sumber daya dosen yang memiliki kepakaran dalam bidang ekonomi manajemen yang dimilikinya, senantiasa bekerjasama dengan lembaga-lembaga lainnya guna bersinergi untuk membangun masyarakat khususnya yang ada di daerah Sulawesi Utara.
Melalui Program Kemitraan Masyarakat, Tim Kerja Unsrat hadir di Desa Tumaratas dalam kegiatan “PKM PEMBERDAYAAN PETANI TOMAT DESA TUMARATAS KECAMATAN LANGOWAN”.
Tim Kerja ini diketuai oleh Djemly Woran, SE, MSi, beranggotakan Mac Donald Walangitan, SE, MSi dan Jopie Jorie Rotinsulu, SE, MSi, yang semuanya merupakan dosen pada jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsrat.
Menurut Djemly Woran, kegiatan ini telah dilaksanakan pada Kamis, 28 Oktober 2021, bersamaan dengan Hari Sumpah Pemuda.
Kegiatan dihadiri oleh para petani tomat Desa Tumaratas, dan perwakilan perangkat desa.
“Tujuan kegiatan adalah untuk memperkuat kompetensi kewirausahaan yang telah dimiliki oleh para petani yang ada di Desa Tumaratas Kecamatan Langowan, serta mendorong mereka untuk memahami lebih dalam tentang kewirausahaan sehingga usaha mereka dapat lebih berkembang di kemudian hari,” kata Djemly Woran.
Dijelaskannya, kegiatan dilaksanakan berupa ceramah dan pelatihan kewirausahaan agar para petani:
- Mampu mengidentifikasi peluang usaha (produk) sesuai kebutuhan pembeli
- Mampu membuat perencanaan usaha, bagaimana mengorganisasikan usaha, dan cara mengawasi usaha supaya dapat berkembang
- Mampu membuat laporan keuangan dan menghitung prospek usahanya
- Mampu mengenali resiko usaha dan cara mengatasinya.
Para petani tomat di Desa Tumaratas, kata dia, sangat antusias dalam diskusi bersama tim PKM Unsrat, terutama dalam membahas mengenai peluang-peluang usaha turunan yang dapat dilakukan oleh para petani dalam mengantisipasi fluktuasi harga tomat yang selalu berubah-ubah di pasaran.
“Diakui mereka bahwa jika harga tomat terlalu murah, maka hasil panen para petani hanya dihargai sangat murah karena oleh pembelinya, hanya akan dijadikan makanan ternak,” ungkapnya.
Selain itu, menurutnya terdapat banyak alternatif produk turunan buah tomat yang dapat dioptimalkan.
“Seperti keripik, jus, makanan olahan berbahan tomat, sampai pada desa wisata bertema tomat,” tuturnya.
Dia berharap dengan kegiatan ini dapat menambah wawasan kewirausahaan para petani untuk dapat mengembangkan kreatifitas usaha berbahan dasar tomat.
“Semoga di waktu yang akan datang, mereka tidak akan mengalami kerugian diakibatkan harga tomat yang terlampau murah,” tandasnya.
(***/BennyManoppo)