Jakarta, BeritaManado.com — Tiada hari tanpa mendengar Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Perjuangan memutus rantai penyebaran virus ini dilakukan secara global di sebagian besar negara-negara, demikian juga dengan Indonesia.
COVID-19 ini menyebabkan bangsa Indonesia terdampak pada banyak sektor dan ekonomi menjadi yang paling mengkhawatirkan, dimana terjadi perubahan drastis.
Akibatnya, tak tanggung-tanggung karena jutaan warga terpaksa harus mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) serta ribuan warga harus menahan lapar setiap harinya.
Kondisi tetsebut mengingatkan Senator Maya Rumantir pada tahun 1997-1998, saat Indonesia mengalami krisis moneter atau krisis finansial.
Kala itu Indonesia terdampak krisis finansial Asia yang meyebabkan inflasi rupiah dan situasi yang tidak kondusif di di dalam negeri.
Krisis tersebut dimulai dari Thailand ketika mata uang Bath mengalami devaluasi dan berdampak di kawasan Asia Timur serta Asia Tenggara.
Setahun sebelum krisis tersebut yaitu sekitar 1996, Maya Rumantir sempat bertemu Mother Theresa di Kalkuta India yang telah dikanonisasi Takhta Suci Vatikan menjadi orang kudus dengan sebutan Santa Theresa.
“Situasi Indonesia saat ini meski tidak sama persis tetapi membawa saya untuk flashback apa yang terjadi pada tahun 1997 hingga 1998. Kala itu Indonesia masuk dalam pusaran krisis finansial yang melanda Asia Timur dan Asia Tenggara, dimulai dari Bath mata uang Thailand yang mengalami devaluasi. Menariknya setahun sebelum itu yakni pada tahun 1996 saya sempat bertemu Mother Theresa di Kalkuta India,” ungkap Maya Rumantir.
Maya Rumantir menambahkan bahwa dalam kontemplasinya di tengah pandemi dan kondisi bangsa saat ini dia mengingat sosok Mother Theresa yang sempat ditemuinya kala itu.
Saat dirinya tengah disibukkan dengan aktivitas sosial kemanusiaan bersama Yayasan Maya Gita Bhakti Pertiwi dan IPSDM Maya Gita, Maya Rumantir mendapat kesempatan untuk bertemu Santa Theresa di Kalkuta, India.
Kompleks Misionaris Cinta Kasih (Missionaries of Charity) menjadi tempat pertemuan yang sangat berkesan dan selalu dikenangnya.
“Tepat setahun sebelum krisis melanda bangsa Indonesia, seolah hati dan visi saya untuk kemanusiaan semakin diteguhkan. Saya melihat sosok Santa Theresa sebagai ibu yang penuh cinta kasih dan keteladanan. Bayangkan, selama lebih 47 tahun hingga kematiaannya, beliau begitu setia melayani orang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat.
Bahkan apa yang dilakukannya berkembang sampai ke 123 negara di dunia dan itu menjadi sesuatu hal yang sungguh mulia, karena dia membuat penampungan dan rumah bagi penderita HIV/AIDS, lepra dan TBC serta banyak program sosial kemanusiaan lainnya.
Situasi bangsa Insonesia aaat ini sungguh mengingatkan dirinya pada teladan dan komitmen kemanusiaan yang juga terinspirasi dari Mother Theresa,” ucap Maya Rumantir yang mengenang saat itu ketika gencar-gencarnya menggelar program Obor Cinta Persahabatan dan Perdamaian (Sabda).
Senator Maya Rumantir begitu kagum dengan cara Tuhan menaruh hati yang begitu berbelas kasih kepada Mother Theresa.
“Saya mengingat dengan jelas bahwa sang Bunda begitu fokus pada aksi-aksi sosial kemanusiaan bagi kaum-kaum yang terpinggirkan dan tidak mendapatkan perhatian banyak orang bahkan tak sedikit yang mengucilkan,” ujarnya.
Selain program Sabda, Maya Rumantir juga kala itu sedang menggelar program Pandu Prestasi Putra Pertiwi melalui TVRI di hampir seluruh provinsi.
Dia mengaku mendapat penguatan yang luar biasa setahun sebelum Indonesia dilanda krisis.
Bahkan saat ini penguatan itu seolah menggelora dan lahir kembali dalam dirinya untuk hadir menolong mereka yang sangat membutuhkan pertolongan di tengah krisis.
“Kerinduan saya untuk bertemu Mkther Theresa waktu itu merupakan klimaks dari pergumulan doa-doa saya setiap malam. Saat stabilitas politik di sejumlah kota di Indonesia sedang tidak stabil, aksi-aksi demo mahasiswa sedang marak, saya rindu merekatkan kembali tali persaudaraan di antara sesama anak bangsa. Mother Theresa mengingatkan saya untuk membawa obor perdamaian dan cinta kasih ke tanah air tercinta. Obor yang sama juga terus saya bawa hingga kini dan menjadi semangat untuk kini terus berbagi hidup dengan sesama di tengah Pandemi COVID-19” ucapnya.
Dalam konteks krisis ditahun 2020, Maya Rumantir berkomitmen untuk terus membawa dalam doanya situasi bangsa saat ini.
Dalam permenungan dan kontemplasi pribadinya, sosok Mother Theresa kembali mengingatkannya untuk terus setia mendoakan bangsa Indonesia dan terus memiliki hati yang mau rela hidup dengan mereka yang membutuhkan uluran tangan.
Setiap hari merupakan kesempatan bagi Maya Rumantir untuk terus mendoakan bangsa Indonesia agar tetap kuat dan bisa melewati kondisi sulit di tengah Pandemi COVID-19 ini.
Dengan terus bersuara dalam pengawasan sejumlah regulasi yang terkait dengan penanganan COVID-19, Maya Rumantir hadir bersama timnya untuk membantu masyarakat.
Tak henti-hentinya dia memberikan semangat untuk masyarakat, memberikan bantuan moril dan materil agar masyarakat merasa diringankan bebannya menghadapi situasi saat ini.
“Jadi kesimpulannya mengenai momentum pertemua saya dengan Mother Theresa yaitu bagaimana kita mau memiliki hati yang setia untuk menolong orang-orang yang membutuhkan. Saya berharap Tuhan senantiasa memberkati dan memulihkan banhsa Indonesia dan dunia. Mari kita semua terus berdoa, hidup dalam pertibatan dan sakjng menolong meringankan beban hidup sesama,” kata Senator Maya Rumantir, Jumat (24/4/2020)
(Frangki Wullur)