Manado, BeritaManado.com — Pergerakan harga-harga secara umum di Sulawesi Utara (Sulut) menunjukkan adanya kenaikan tekanan inflasi pada Januari 2021.
Kota Manado mengalami inflasi sebesar 0,58 persen (mtm) sementara Kota Kotamobagu mencatatkan inflasi sebesar 0,23 persen (mtm).
Angka inflasi Manado tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan Desember 2020 sebesar 0,47 persen (mtm), sedangkan Kotamobagu tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi Desember 2020 yang mencapai 0,65 persen (mtm).
Dengan demikian, inflasi tahunan Manado dan Kotamobagu pada Januari 2021 masing-masing tercatat sebesar -0,49 persen (yoy) dan 3,13 persen (yoy), dengan inflasi Manado yang masih berada dibawah rentang target inflasi nasional 3±1persen (yoy).
Adapun secara nasional, Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Januari 2021 tercatat inflasi sebesar 0,26 persen (mtm) dengan laju inflasi tahunan 1,55 persen (yoy), juga berada dibawah rentang target tersebut.
Ditinjau dari kelompok penyusunnya, pergerakan harga kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau kembali menjadi pendorong utama tekanan inflasi di Manado.
Indeks harga Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau mengalami inflasi sebesar 2,22 persen (mtm) dan memberikan kontribusi sebesar 0,65 persen (mtm) pada inflasi umum Manado.
Kenaikan harga kelompok tersebut terutama didorong kenaikan harga komoditas strategis barito serta komoditas perikanan.
Cabai rawit dan tomat secara total memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,23 persen (mtm).
Berdasarkan pantauan Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia, kenaikan harga kedua komoditas tersebut terutama terjadi pada awal Januari sejalan dengan berkurangnya pemetik pada periode liburan tahun baru yang berimplikasi pada penurunan pasokan di pasar.
Meski demikian, kedua komoditas tersebut mulai menunjukan penurunan harga pada dua minggu terakhir Januari 2021.
Sementara itu, sepuluh komoditas perikanan mengalami inflasi pada Januari 2021 dengan total kontribusi pada inflasi umum sebesar 0,40 persen (mtm).
Dari kesepuluh komoditas tersebut ikan Cakalang, deho, dan malalugis menjadi kontributor terbesar.
Kenaikan komoditas perikanan sejalan dengan kenaikan curah hujan di Manado yang pada Januari 2021 rata-rata sebesar 19,89 mm/hari meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 13.93 mm/hari.
Meningkatnya anomali cuaca Manado dimaksud turut mempengaruhi menurunnya pasokan produksi dari nelayan ke sejumlah pasar.
Adapun pergerakan harga sepuluh kelompok penyusun inflasi lainnya masih relatif terbatas dibandingkan dengan pergerakan harga kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau.
Sementara itu, fenomena yang berbeda terjadi di Kotamobagu, di mana inflasi di Kotamobagu tercatat sebesar 0,23 persen (mtm) lebih rendah dari bulan sebelumnya.
Salah satu faktor penahan tekanan inflasi di Kotamobagu adalah pergerakan harga kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau yang mengalami deflasi sebesar 0,31 persen (mtm) dengan kontribusi inflasi sebesar -0,11 persen (mtm), meskipun komoditas strategis cabai rawit dan tomat menunjukkan inflasi sebagaimana di Manado.
Penurunan harga kelompok ini terutama didukung oleh penurunan harga ikan malalugis, cakalang diawetkan, telur ayam ras, daun bawang, dan bawang merah.
Tekanan inflasi Kotamobagu pada Januari 2021, disebabkan oleh inflasi pada kelompok Kesehatan dan kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran yang secara total memberikan kontribusi sebesar 0,24 persen (mtm).
Komoditas kedua kelompok yang tercatat menyumbang inflasi cukup tinggi diantaranya obat dengan resep, tarif laboratorium, martabak, dan mie.
Kenaikan harga komoditas yang relatif jarang bergerak tersebut mengindikasikan adanya perubahan permintaan ataupun suplai komoditas tersebut selama Januari 2021 khususnya di Kotamobagu, disamping faktor tingginya volatilitas harga bahan baku yang ikut menjadi pendorong kenaikan harga sebagain komoditas tersebut yang menjadi produk turunannya.
Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Arbonas Hutabarat mengatakan, Bank Indonesia dan TPID Sulawesi Utara memandang meningkatnya tekanan inflasi di Kota Manado dan Kotamobagu menunjukan bahwa permintaan masih berjalan meski terjadi penurunan aktivitas sosial ekonomi.
Aktivitas ekonomi yang terus berada dalam tren positif sepanjang triwulan IV 2020 pada Januari 2021 terus menunjukan penurunan.
“Pembatasan jam operasional dalam rangka penanggulangan Covid-19 menurunkan tingkat aktivitas sosial ekonomi masyarakat Sulawesi Utara. Meski demikian, peningkatan tekanan inflasi yang terjadi memberikan indikasi bahwa terdapat realisasi permintaan ditengah pasokan sebagian komoditas yang cenderung terbatas sehingga memicu kenaikan harga,” ujar Arbonas.
Aktivitas sosial ekonomi masyarakat masih berpotensi meningkat sejalan dengan pengendalian pandemi yang lebih efektif ditunjang bergulirnya proses pemberian vaksin.
Peningkatan aktivitas tersebut tentu akan diiringi dengan peningkatan permintaan masyarakat, sehingga kenaikan tekanan inflasi berpotensi terjadi kembali.
“Ke depan, pengendalian inflasi masih akan dipengaruhi oleh dinamika aktivitas ekonomi masyarakat. Berbagai upaya untuk menurunkan kurva kasus aktif Covid-19 di Sulawesi Utara menjadi kondisi prasyarat untuk mendorong kembali kenaikan aktivitas ekonomi,” kata Arbonas.
Meski berisiko memberikan tekanan inflasi, kata Arbonas, peningkatan aktivitas diperlukan untuk menjaga permintaan dan mendorong pemulihan ekonomi daerah.
Adapun untuk tetap mengendalikan tekanan inlasi pada targetnya, Bank Indonesia memandang bahwa sinergi seluruh Dinas dan Kementerian/Lembaga terkait untuk menjaga ketersediaan pasokan komoditas strategis.
Ketersediaan pasokan dan manajemen stok pangan akan lebih efektif dan efisien bila dilakukan antar daerah dengan memanfaatkan sumber daya daerah yang berlebih.
Koordinasi lintas TPID kabupaten/kota terutama dengan TPID di wilayah produsen pangan termasuk implementasi kesepakatan Kerjasama Antar Daerah (KAD), penting diperkuat untuk mengantisipasi potensi permasalahan pasokan, distribusi maupun keterjangkauan harga secara dini.
“Selain itu, sejalan dengan peningkatan anomali cuaca, antisipasi kenaikan harga komoditas yang relatif rentan seperti hortikultura dan perikanan perlu terus dioptimalkan antara lain melalui penguatan monitoring perubahan pasokan dan kelancaran distribusi di sepanjang rantai pasok khususnya di kota Manado dan kota Kotamobagu,” pungkas Arbonas.
(***/srisurya)