Oleh: Jerry Massie
SIAPA yang tak kenal Bali surga dunianya Indonesia dengan keindahan alamnya yang eksotis nan mempesona hingga mampu menghipnotis setiap mereka yang menginjakan kakinya di propinsi yang beribukota Denpasar ini. Provinsi Bali sendiri memiliki luas 5.636,66 km2 atau 0,2 persen dari luas wilayah kepulauan Indonesia, dengan jumlah penduduk 4.28.792. Penduduk terbesar yakni Hindu 92,3 persen Islam 5,7 persen dan lain-lain 2 persen sedangkan mereka memiliki 8 kabupaten dan 1 kota. Budaya mereka yang menonjol yaitu musik tradisionalnya mendunia yakni; gamelan, jengog dan genggong.
Tahun 2013 ini merupakan anugerah tersendiri bagi Bali disamping Jakarta, lantaran mereka ditunjuk sebagai tempat dilangsungkannya miss world ke-63. Namun dibalik kemeriahan itu resistensi atau penolakan terhadap kegiatan ini pun terus dilakukan oleh sejumlah ormas keagamaan yang ada di Indonesia misalkan: FUI, FPI, HTI, PBNU serta beberapa ormas lainnya. Menurut mereka hal ini bertentangan dengan dasar negara dan budaya kita. Bukan hanya itu saja, Habib Riziq salah satu tokoh yang paling ngotot menentang dilaksanakannya hajatan ini. Bahkan dirinya sempat melontarkan pernyataannya yang pedas, bahwa ormas FPI yang dipimpinnya ini akan terus berjuang untuk menggagalkanya. Apakah semua ini hanya gertak sambal belaka? Pihak panpel pun terus berupaya agar babak final dilangsungkan di Bogor, Jawa Barat, kendati Wagub Jabar Deddy Mizwar tak memberikan sinyal untuk digelar diwilayahnya. Hal ini merupakan tantangan tersendiri.
Kali ini peserta yang datang cukup membludak yakni mencapai 129 kontestan, dibandingkan dengan pelaksanaan sebelumnya, maka Miss World kali ini mencatat rekor dengan jumlah peserta terbanyak, bahkan satu rekor lagi yang berhasil dipecahkan yakni baru pertama kalinya dalam sejarah penyelenggaraan miss world, bikini ditiadakan. Kini saatnya Indonesia berbicara diajang kecantikan tingkat dunia ini. Sebagai tuan rumah tentu saja kita harus memecah kebuntuan dan menunjukan kebolehannya agar bisa menembus 5 besar, bahkan kalau perlu menjadi jawara. Bagi setiap peserta pasti akan menunjukan kemampuan mereka di atas cat walk. Paling tidak iven ini merupakan kesempatan emas bagi wakil dari Indonesia untuk menunjukan kemampuannya. Miss Indonesia sendiri diwakili oleh Vania Larissa dengan tinggi 178 M. Bagaimana pun juga Larissa punya ambisi untuk mempersembahkan yang terbaik bagi Indonesia. Masalahnya sampai sejauh ini belum ada satupun wakil kita yang mampu menembus 5 besar, akankah mitos itu terpecahkan? Namun semua itu perlu dibuktikan lagi bukan sekadar talk only hanya bicara, lantaran peserta yang datang merupakan yang the best dari negara masing-masing. Yang akan dinilai yaitu; kepedulian 50% dan 50 % kecerdasan.
Respon positif pun datang dari beberapa negara peserta. Kendati pro kontra kerap menghiasi layar kaca, dimana ada yang memberikan dukungan moril akan tetapi ada pula yang mencerca dan menolaknya. Sebetulnya ini merupakan keuntungan bagi Indonesia terutama dari parawisata. Paling tidak bangsa kita akan lebih dikenal luas di dunia internasional terutama sektor wisatanya. Kita patut berbangga alasanya di Asia baru ada dua negara yang mampu menjadi tuan rumah yaitu; India dan Cina. Sedangkan di kawasan Asia Tenggara, Indonesia merupakan satu-satunya negara yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan miss world tersebut. Harusnya kita berpikir kreatif think out the box janganlah ranah politis dan agama itu dibawah ke domain wisata, ini tidak pernah nyambung. Seyogianya kita harus legowo membuka diri serta pikiran kita open minded, tapi bukan dalam hal-hal yang negatif. Seperti filosofi dari William James “ The greatest discovery of my generation is that a human being can alter his life by altering his attitude his mind” (penemuan terbesar dari generasi saya adalah bahwa orang bisa mengubah kehidupannya hanya mengubah sikap pikirannya).
Setidaknya dibalik acara ini, pasti ada sebuah kontribusi serta keuntungan smart and long term investment khususnya bagi negara-negara yang ingin berinvestasi di Indonesia. Saat mereka disambut dengan baik maka otomatis kedepan akan berdampak yang cukup baik. Jangan hanya lihat hari ini tapi lihat hari esok look at for the future untuk kepentingan Indonesia.
Tak bisa dipungkiri kegiatan ini pula secara langsung bisa memperkenalkan kekayaan alam Indonesia didunia internasional baik itu wisata bahari maupun wisata alam, bahkan akan memberikan kepastian keamanan kepada para turis yang hendak datang ke Indonesia. Meski beberapa waktu lalu nama Bali sempat tercoreng dimata internasional saat terjadi peledakan bom di Legian, Kuta. Paling tidak sikap traumatis dan apatis dari para wisatawan untuk datang ke Bali akan berangsur-angsur hilang. Disamping itu ajang ini pula akan membuka peluang dan kesempatan bagi negara-negara lain untuk visit to Indonesia.
Sementara itu yang membuat penulis heran dari PBNU yang secara terang-terangan menolak kegiatan ini. Padahal sebetulnya ada banyak hal yang perlu diurus, contohnya ada yang menikah sampai 8 kali misalkan, Eyang Subur, Rhoma Irama yang beberaqpa kali gonta-ganti istri dan Ahmad Fathonah yang memiliki hobbi mempermaikan perasaan wanita dan masih banyak lagi. Janganlah hanya mendiskreditkan ajang miss world ini. Bisa ditebak didalamnya ada unsur political interest (kepentingan politik). Bayangkan saja ada lebih dari 3.000 wartawan elektronik, cetak, online, radio yang meliput langsung ajang bergengsi ini setidaknya Bali dan Indonesia akan dipublikasikan keindahan alamnya serta tourist resort-nya dimata dunia. Sudah barang tentu ini akan berdampak positif khususnya bagi dunia parawisata kita. Patut diacungi buat panitia, pasalnya sebelum menjadi tuan rumah perjuangan panjang pun telah dilakukan yaitu selama 3 tahun. Dan itu bukan perkara gampang hingga bisa dibuat di Indonesia, soalnya kita harus bersaing dengan negara-negara lain.
Menurut penulis dengan digelarnya hajatan akbar ini maka sektor parawisata Indonesia pasti akan terangkat, begitu pula produk lokal seperti batik akan semakin dikenal di manca negara. Bukan tidak mungkin lewat miss world ini barangkali ditahun-tahun akan datang jumlah kunjungan wisman akan meningkat, bukankah ini suatu keuntungan bagi kita? Selain itu tari-tarian yang telah dipentaskan pasti akan lebih akrab dengan peserta bahkan bagi setiap wisatawan.
Sampai bulan Agustus 2013 ini tercatat jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia mencapai 4.154.478 orang atau naik 7,2 persen. Data badan pusat statistik menyebutkan untuk kunjungan wisman saja sampai Juni 2013 tercatat 789.594. Kenaikan itu disumbangkan oleh wisman yang berasala dari Uni Emirat Arab (122,4 persen), China (54,2 persen), Arab Saudi (34,3 persen), Hongkong (31,5 persen) dan Taiwan (30,4 persen). Sedangkan dari Eropah peningkatan terbesar datang dari Rusia yang naik 25 persen, Belanda dan Jerman naik 15 persen dan Prancis 12,8 persen
Bagaimana juga kita harus open minded membuka pikiran dan melihat jangan hanya dari satu atau dua sudut pandang, akan tetapi coba kita tengok dari beberapa aspek. Untuk itu biarlah kegiatan ini kita support serta dukung bukan hanya sekadar menyambut para tamu yang datang, akan tetapi kita juga menjadi tuan rumah yang baik. Menurut penulis dengan digelarnya hajatan akbar ini maka sektor parawisata Indonesia pasti akan terangkat, begitu pula produk lokal seperti batik akan semakin dikenal di manca negara. Bukan tidak mungkin lewat miss world ini barangkali ditahun-tahun akan datang jumlah kunjungan wisman akan meningkat, bukankah ini suatu keuntungan bagi kita? Selain itu tari-tarian yang telah dipentaskan pasti akan lebih akrab dengan peserta bahkan bagi setiap wisatawan.
Sampai bulan agustus 2013 ini tercatat jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia mencapai 4.154.478 orang atau naik 7,2 persen. Data badan pusat statistik menyebutkan untuk kunjungan wisman saja sampai Juni 2013 tercatat 789.594. Kenaikan itu disumbangkan oleh wisman yang berasala dari Uni Emirat Arab (122,4 persen), China (54,2 persen), Arab Saudi (34,3 persen), Hongkong (31,5 persen) dan Taiwan (30,4 persen). Sedangkan dari Eropah peningkatan terbesar datang dari Rusia yang naik 25 persen, Belanda dan Jerman naik 15 persen dan Prancis 12,8 persen
Bagaimana juga kita harus open minded membuka pikiran dan melihat jangan hanya dari satu atau dua sudut pandang, akan tetapi coba kita tengok dari beberapa aspek. Untuk itu biarlah kegiatan ini kita support serta dukung bukan hanya sekadar menyambut para tamu yang datang, akan tetapi kita juga menjadi tuan rumah yang baik.
Disisi lain dalam masalah ini kelihatannya sangat kental dengan aroma politik dan persaingan bisnis.Ada pihak ketiga yang ingin memanfaatkan ajang ini yang sengaja untuk memperkeruh keadaan. (*)
Penulis: Dr Jerry Massie MA DMin PhD, dosen salah satu perguruan tinggi di Manado