INOVASI sering disejajarkan dengan invention (penemuan), namun sesungguhnya dua hal itu beda secara substansial.
Maka jika demikian, apa yang membedakannya?
INOVASI dan INVENSI secara semantik tumpang tindih, bahkan sebenarnya sangat berbeda.
Invensi dapat merujuk pada penemuan, atau produk imajinasi sehingga outputnya kebaruan.
Namun invensi yang sering disalahartikan sebagai inovasi adalah sebuah penemuan, atau proses kreasi yang dihasilkan setelah penelitian dan percobaan.
Penemuan yang dimaksud itu, biasanya sesuatu yang sebelumnya tidak pernah ada.
Hal tersebut, sebetulnya berbanding terbalik dengan inovasi, karena inovasi menunjuk kepada sesuatu yang baru yang merupakan perubahan yang dilakukan pada produk, ide, atau bidang yang sudah ada.
Contohnya, kita sudah mengenal bahwa sebelumnya telah ada telepon, sebelum ada inovasi baru, yakni penemuan telepon seluler pertama.
Maka dari hal tersebut, tampak jelas perbedaan antara invensi dan inovasi.
Selanjutnya, dapatkah kita menyamakan inovasi sebagaimana terurai di atas, sama dengan modernisasi, atau memodernkan sesuatu/sebuah karya seni?
Jawabannya tidak bisa karena tidak sama.
Kendati demikian, dalam penelusuran penulis, tidak ada proses modernisasi dalam seni, dalam arti memodernkan seni atau gagasan sebuah karya cipta seni.
Justru yang ada adalah, akulturasi budaya dan akulturasi seni.
Sebagai pembanding, Koentjaraningrat telah mendefinisikan bahwa akulturasi budaya adalah proses ketika sekelompok orang dengan budaya/seni tertentu, menghadapi elemen budaya asing.
Elemen tersebut akan diterima dan diproses menjadi budaya/seni mereka tanpa menghilangkan ‘basic’ budaya/seni itu sendiri (Koentjarajingrat, 2002).
Jadi, akulturasi budaya/seni adalah perpaduan antara budaya/seni setempat dengan budaya luar yang masuk, entah budaya yang dianggap modern atau budaya asing.
Dengan pengertian yang sedemikian itu, maka apakah ada modernisasi seni?
Tentu saja ada, namun bukan diistilahkan demikian, melainkan akulturasi budaya/seni.
Oleh karenanya, segala upaya pengkarya untuk memasukkan unsur-unsur inovatif dalam karya seni yang sedang digarapnya merupakan hal yang biasa, namun hasil karya itu bukanlah proses modernisasi atau memodernkan karya seninya.
Akhirnya, inovasi tetaplah inovasi, dan modernisasi tetaplah modernisasi.
Masing-masing memiliki ciri khasnya, yang tentu saja harus dipahami dengan benar oleh si seniman, ketika menciptakan karya seni baru.
Marilah kita tetap berinovasi karena karya yang inovatif bukan mutlak memodernisasi karya itu, tapi justru wujud akhirnya adalah sebuah bentuk akulturasi budaya/seni.
Hal yang sama berlaku untuk karya MUSIK TRADISI.
Catatan Ambrosius M Loho MFil
(Dosen Fakultas Pariwisata, Universitas Katolik De La Salle Manado)
(***)