Minsel, BeritaManado.com – Balai Arkeologi Sulawesi Utara di dampingi Tim Dinas Pariwisata telah melakukan kunjungan dan penelitian di Desa Kanean pada tahun 2014 dan 2017 karena adanya laporan dari masyarakat terhadap keberadaan situs-situs purbakala ini.
Letak Desa Kaneyan berada di Kecamatan Tareran, Kabupaten Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia.
Dilansir dari akun sosial milik Dispar Minsel, Desa ini dapat diakses dengan transportasi darat dengan waktu sekitar 30 menit, atau sekitar 30 menit dari Kawangkoan dan sekitar 1.5 jam dari Kota Manado dan desa ini merupakan salah satu desa tua yang ada di Minahasa Selatan.
Hal itu dibuktikan dengan banyaknya peninggalan purbakala yang ada di desa ini antara lain:
1. Menhir/Watu Tumotowa
Merupakan batu pertama yang menandai ketika para leluhur mendirikan suatu perkampungan/desa. Menhir ini berada di Jaga 1 dan satu area dengan waruga mogot di kompleks tower
2. Waruga Mogot
Waruga adalah wadah kubur dari masyarakat Minahasa pada masa lampau. Waruga ini merupakan waruga terbesar dan tertinggi di Kabupaten Minahasa Selatan. Menurut infomasi dari penduduk sekitar bahwa yang dimakamkan di dalam waruga adalah leluhur dotu Mogot. Waruga ini berada di Jaga 1 dan satu area dengan menhir di kompleks tower
3. Waruga Mononutu
Waruga ini berdampingan dengan waruga Mogot dan dalam satu lokasi yaitu di jaga 1 kompleks tower. Menurut penduduk sekitar waruga ini merupakan makam leluhur dotu Mononutu.
4. Lentuk Batu
Situs purbakala ini berada di Jaga 1 atau di pertigaan jalan desa Kaneyan. Menurut informasi dari penduduk desa bahwa lentuk batu dipercayai sebagai pelindung desa dan bahkan merupakan tempat berdirinya tua-tua kampung untuk memberikan palakat/pengumuman pada masyarakat pada masa lampau.
5. Lumpang Batu & Dakon
Situs purbakala ini berada di jaga 5 tepatnya di aliran sungai. Lumpang batu dan dakon ini kemungkinan memiliki fungi sebagai alat untuk meramu obat atau juga bisa sebagai alat untuk perlengkapan upacara tradisi pada masanya.
6. Dulang Batu
Dulang batu berada di perkebuanan Manembo ini berfungsi sakral bagi penduduk desa Kaneyan sebagai penarik berkat atas lahan pertanian yang dikelola oleh penduduk agar memperoleh hasil panen yang baik dan banyak.
Kepala dinas Pariwisata Jemes Tombokan mengharapkan kepada masyarakat untuk menjaga dan melestarikan seni budaya yang ada di desa tersebut agar tetap lestari dan bisa dijadikan destinasi wisata budaya.
“Jika berkunjung ke desa ini wisatawan dapat melihat aktivitas penduduk saat bertani dan juga dapat menikmati kuliner lokal serta bubur manado/tinutuan di warung makan. Pengunjung dapat menghubungi Pemerintah desa untuk informasi dan pemanduan ke situs budaya tersebut,” tutur Tombokan
(**RonaldKalalo)