Manado, BeritaManado.com — Peluncuran Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (Gernas PIP/GNPIP) se-wilayah Sulawesi-Maluku-Papua (Sulampua) dilaksanakan di Kota Manado, Sulawesi Utara.
Kegiatan tersebut berlangsung di Hotel Sintesa Peninsula, Senin (3/10/2022) dan dihadiri oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S Budiman, Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulut Arbonas Hutabarat, jajaran Forkopimda Sulut, para kepala daerah Sulampua dan Walikota/Bupati se-Sulut.
Aida menjelaskan, peluncuran GNPIP yang dilaksanakan ini adalah tindaklanjut dari arahan Presiden RI pada Rakornas TPID 18 Agustus 2022 dan kemudian diluncurkan secara nasional di Surabaya pada 14 September 2022.
GNPIP ini penting untuk terus dilanjutkan karena dari hasil RDG BI 21-22 September 2021, ketidakpastian perkembangan ekonomi global masih berlanjut.
Untuk di Sulampua, perkembangan Inflasi di atas laju inflasi nasional (5,20 persen), namun di Sulawesi Utara masih sangat terjaga di bawah 4 persen yaitu Kota Manado tercatat sebesar 3,85 persen (yoy), dan Kotamobagu sebesar 3,82 persen (yoy), masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional yang sebesar 3±1 persen (yoy).
“Untuk itu, kami apresiasi Pak Gubernur Olly atas capaian inflasi tersebut, dan berharap ke depan inflasi Sulut masih berada dalam kisaran,” kata Aida.
Ke depan, tekanan inflasi IHK masih tinggi, didorong oleh masih tingginya harga energi dan pangan global, serta kesenjangan pasokan.
Inflasi inti dan ekspektasi inflasi diprakirakan berisiko meningkat akibat pengalihan subsidi dari Bahan Bakar Minyak (BBM) serta semakin menguatnya tekanan inflasi dari sisi permintaan.
Berbagai perkembangan tersebut diprakirakan dapat mendorong inflasi pada tahun 2022 dan 2023 berisiko melebihi batas atas sasaran 3,0±1 persen.
Dalam menghadapi kondisi tersebut, BI melakukan respon bauran kebijakan yang bertema: “Sinergi menjaga stabilitas dan momentum pemulihan”.
Bagian dari menjaga stabilitas adalah bagaimana bersama-sama menjaga inflasi; khususnya dari Inflasi Pangan sehingga bisa membantu penurunan tekanan inflasi dari kelompok barang yang harganya diatur pemerintah dan juga dampaknya ke Inflasi Inti (atau dari sisi permintaan).
“Untuk itu berlanjutnya GNPIP di Sulampua merupakan insiatif yang sangat kami apresiasi,” ucap Aida.
Aida pun mengungkapkan, kata kunci dari GNPIP adalah sinergi karena dengan sinergi maka semua bisa mengkoordinasikan program kerja TPID dalam menjaga Keterjangkauan Harga; Ketersediaan Pasokan; Kelancaran Distribusi; dan Komunikasi sehingga memberikan hasil yang lebih baik.
Aida pun memberi ilustrasi tentang Tinutuan, salah satu makanan favorit di Sulut, di mana, terdiri dari campuran berbagai macam sayur sehingga menjadi sajian yang lezat, sehat dan memberikan energi.
Tinutuan adalah hasil sinergi yang diharapkan, lebih baik dari sekedar kumpulan sayuran.
“Dengan filosofi bubur Manado, GNPIP merupakan langkah komitmen sinergi BI dan pemerintah pusat/daerah untuk secara bersama-sama mengoptimalkan berbagai langkah pengendalian inflasi, khususnya dari sisi suplai guna mendukung ketahanan pangan secara integratif, masif, dan berdampak nasional,” ungkap Aida.
Langkah nyata pun telah dilakukan melalui Operasi Pasar, Kerjasama Antar Daerah, Peningkatan Produksi Pangan, antara lain melalui Urban Farming dan berbagai penguatan Alsintan, termasuk digitalisasi, pembiayaan dan optimalisasi APBN/D.
Sejauh ini hal itu telah dilakukan di 32 KPwDN dari 46 KpwDN tetapi akan terus berlangsung dan masih jadi perhatian di 2023.
Produk pangan yang dilakukan penguatan bisnis model dan produksinya adalah hortikultura, khususnya cabai merah tetapi tetap memperhatikan kearifan lokal seperti bawang merah, bawang putih, cabai rawit.
Juga memastikan gerakan ketahanan pangan ini dilakukan secara end-to-end dari hulu ke hilir.
Ke depan GNPIP 2.0 Manado juga dapat lebih ditingkatkan dengan membangun ekosistem yang tersambung antara hulu sampai dengan hilir.
“Yang kemudian dapat difasilitasi dengan digital dan inisiatif hijau,” pungkas Aida.
(srisurya)