Manado – Sulit menghindarkan suksesi kepala daerah di Sulut dari politik uang. Coba lihat barisan kalah yang gugatannya berentetan di Mahkamah Konstitusi, selalu menyertakan bukti-bukti adanya money politic dari pihak pemenang.
Tak heran, menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Talaud, aroma politik uang terus menyebar. Bahkan ada anggapan, pasangan kandidat mana yang memiliki dana minimal Rp 15 miliar, akan dengan mudahnya memenangkan pertarungan.
“Dana 15 miliar itu untuk membeli sekitar 30 ribu kepala dengan hitungan per suara dihargai 500 ribu per suara,” ujar salah satu pengurus partai peserta Pilkada Talaud pada beritamanado, Minggu (3/11), seraya meminta namanya jangan ditulis.
Hitung-hitungan politik gaya transaksional di Bumi Porodisa memang mudah. Apalagi wajib pilih di daerah itu jumlahnya 67.335, relatif sedikit dibanding Kota Manado, Bitung atau Bolmong misalnya yang mencapai ratusan ribu pemilih. Dengan pemilih sebanyak itu, jumlah 30 persen yang jadi kuota awal kemenangan cuma sekitar 20.000 suara.
“Jadi kalau anggarannya 15 miliar bisa membeli hingga 30 ribu suara, jauh melebihi kuota kemenangan dan bisa dipastikan menang karena bisa menguasai nyaris 50 persen suara pemilih,” jelas sumber lagi.
Apakah dana Rp 15 miliar tidak kelewat besar untuk meraih sukses di Talaud? Sumber sekali lagi menyebut itu sifatnya relatif.
“Kan kalau sudah menjabat dana yang beredar di Talaud bisa mencapai ratusan miliar per tahun, jadi belum menjabat setahun pasti uang yang dikeluarkan sudah kembali,” cetusnya. (Ady Putong)
Manado – Sulit menghindarkan suksesi kepala daerah di Sulut dari politik uang. Coba lihat barisan kalah yang gugatannya berentetan di Mahkamah Konstitusi, selalu menyertakan bukti-bukti adanya money politic dari pihak pemenang.
Tak heran, menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Talaud, aroma politik uang terus menyebar. Bahkan ada anggapan, pasangan kandidat mana yang memiliki dana minimal Rp 15 miliar, akan dengan mudahnya memenangkan pertarungan.
“Dana 15 miliar itu untuk membeli sekitar 30 ribu kepala dengan hitungan per suara dihargai 500 ribu per suara,” ujar salah satu pengurus partai peserta Pilkada Talaud pada beritamanado, Minggu (3/11), seraya meminta namanya jangan ditulis.
Hitung-hitungan politik gaya transaksional di Bumi Porodisa memang mudah. Apalagi wajib pilih di daerah itu jumlahnya 67.335, relatif sedikit dibanding Kota Manado, Bitung atau Bolmong misalnya yang mencapai ratusan ribu pemilih. Dengan pemilih sebanyak itu, jumlah 30 persen yang jadi kuota awal kemenangan cuma sekitar 20.000 suara.
“Jadi kalau anggarannya 15 miliar bisa membeli hingga 30 ribu suara, jauh melebihi kuota kemenangan dan bisa dipastikan menang karena bisa menguasai nyaris 50 persen suara pemilih,” jelas sumber lagi.
Apakah dana Rp 15 miliar tidak kelewat besar untuk meraih sukses di Talaud? Sumber sekali lagi menyebut itu sifatnya relatif.
“Kan kalau sudah menjabat dana yang beredar di Talaud bisa mencapai ratusan miliar per tahun, jadi belum menjabat setahun pasti uang yang dikeluarkan sudah kembali,” cetusnya. (Ady Putong)