Jakarta — Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan keprihatinannya atas peristiwa gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala serta menyampaikan rasa dukacita sedalamnya kepada keluarga korban yang kehilangan anggota keluarganya.
Dampak peristiwa ini mengakibatkan kerugian materiil dan imateriil yang sangat besar.
Aprindo mencatat kerugian sekitar 450 Miliar yang dialami oleh anggota-anggota Aprindo yang memiliki gerai toko modern, antara lain Ramayana, Matahari, Hypermart, Alfamidi di Poso, Palu dan Donggala.
Kerugian ini meliputi kerusakan bangunan, display barang dagangan dan stock barang di gudang serta sedikitnya 5 korban jiwa dari para penjaga (crew) toko akibat gempa dan tsunami.
Ketua Umum DPP Aprindo Roy N Mandey mengatakan, sampai saat ini gerai ritel Aprindo yang berada di Palu dan Donggala masih belum beroperasi dikarenakan masih dalam proses konsolidasi dan pendataan.
“Semoga dalam waktu singkat dapat segera beroperasi kembali untuk melayani kebutuhan masyarakat,” ujar Roy.
Roy pun menyayangkan pernyataan sikap sejumlah pihak yang memberikan ijin bagi masyarakat untuk mengambil barang di toko ritel yang ada di Palu dan Donggala tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan para pemilik usaha atau management maupun menghubungi Aprindo sebagai Assosiasi Pengusaha Toko Modern.
Sebagaimana rilis yang diterima BeritaManado.com dari Aprindo, Jumat (29/9/2018), hal tersebut tidak mendidik masyarakat karena seperti memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertindak diluar tata krama, moral, etika, multi tafsir dan kurang berbudaya.
“Padahal selama ini peritel modern turut pula memberikan kontribusi bagi kemajuan dan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia serta selalu hadir dalam memberikan bantuan sembako kepada masyarakat seperti saat terjadi kejadian serupa (gempa bumi) di Lombok, Yogyakarta, Padang, Aceh dan sebagainya,” kata Roy.
(***/sri)
Jakarta — Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan keprihatinannya atas peristiwa gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala serta menyampaikan rasa dukacita sedalamnya kepada keluarga korban yang kehilangan anggota keluarganya.
Dampak peristiwa ini mengakibatkan kerugian materiil dan imateriil yang sangat besar.
Aprindo mencatat kerugian sekitar 450 Miliar yang dialami oleh anggota-anggota Aprindo yang memiliki gerai toko modern, antara lain Ramayana, Matahari, Hypermart, Alfamidi di Poso, Palu dan Donggala.
Kerugian ini meliputi kerusakan bangunan, display barang dagangan dan stock barang di gudang serta sedikitnya 5 korban jiwa dari para penjaga (crew) toko akibat gempa dan tsunami.
Ketua Umum DPP Aprindo Roy N Mandey mengatakan, sampai saat ini gerai ritel Aprindo yang berada di Palu dan Donggala masih belum beroperasi dikarenakan masih dalam proses konsolidasi dan pendataan.
“Semoga dalam waktu singkat dapat segera beroperasi kembali untuk melayani kebutuhan masyarakat,” ujar Roy.
Roy pun menyayangkan pernyataan sikap sejumlah pihak yang memberikan ijin bagi masyarakat untuk mengambil barang di toko ritel yang ada di Palu dan Donggala tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan para pemilik usaha atau management maupun menghubungi Aprindo sebagai Assosiasi Pengusaha Toko Modern.
Sebagaimana rilis yang diterima BeritaManado.com dari Aprindo, Jumat (29/9/2018), hal tersebut tidak mendidik masyarakat karena seperti memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertindak diluar tata krama, moral, etika, multi tafsir dan kurang berbudaya.
“Padahal selama ini peritel modern turut pula memberikan kontribusi bagi kemajuan dan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia serta selalu hadir dalam memberikan bantuan sembako kepada masyarakat seperti saat terjadi kejadian serupa (gempa bumi) di Lombok, Yogyakarta, Padang, Aceh dan sebagainya,” kata Roy.
(***/sri)