Ratahan, BeritaManado.com – Dinas Kesehatan Minahasa Tenggara menggelar konferensi pers terkait Video Viral seorang anak kecil yang meronta kesakitan dalam kondisi diikat kaki tangan saat di Puskesmas Tombatu, Rabu (13/7/2022) pekan lalu.
Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Kesehatan, dr Helny Ratuliu menjelaskan, hasil observasi pada saat di Puskesmas Tombatu, pasien meronta saat di ranjang UGD dan meski sudah dilakukan terapi dengan pemberian obat, namun kondisi pasien tak kunjungan membaik.
Selama observasi, kondisi pasien di ranjang UGD selalu gelisah sehingga ibu pasien memeluk pasien ke luar ruangan UGD, namun ketika berada di luar pasien semakin meronta.
Ibu pasien yang hanya seorang diri tak mampu menahan pasien yang terus meronta sehingga meminta bantuan petugas.
Atas permintaan ibu pasien, petugas berinisiatif mengambil kain kasa, kemudian mengikat tangan dan kaki pasien.
Menurut Kepala Dinkes Mitra, petugas kesehatan melakukan itu untuk kebaikan pasien, keluarga, dan juga petugas yang menanganinya.
“Karena berdasarkan pernyataan dari orang tua korban bahwa dua bulan lalu anaknya ini digigit anjing, namun belum diberikan vaksin. Jadi itu semua untuk kebaikan pasien, keluarga, dan juga petugas,” ungkap Helny Ratuliu, saat konferensi pers, Senin (18/7/2022).
Sementara anak tersebut belum mendapat pelayanan suntikan vaksin rabies kala itu, mengingat pada periode tersebut terjadi kekosongan vaksin rabies.
Di lain pihak, Kepala Puskesmas Tombatu, dr Dintje M Kojong membenarkan bahwa awal mula kejadian berawal dari pasien bersama orang tuanya datang ke puskemas untuk meminta perawatan terhadap anaknya.
Setelah dilakukan perawatan pasien tak kunjung membaik dan terus meronta-ronta sehingga pihak puskesmas merujuk pasien ke Rumah Sakit Noongan.
Adapun menurutnya, diagnosa rujukan memang menyebut suspek rabies, namun bukan pihaknya yang memvonis pasien terinfeksi rabies.
“Setelah dirujuk ke RSUD Noongan, diagnosa dokter di sana yang menyebut pasien terinfeksi rabies,” jelasnya.
Sementara terkait video yang beredar yang menunjukkan kondisi pasien yang memprihatinkan bukanlah dari petugas.
“Kami perlu menegaskan bahwa bukan petugas medis kami yang merekam itu, jadi pihak puskesmas tidak pernah menyebarluaskannya,” tegasnya.
Pihaknya pun memastikan telah memberikan pelayanan maksimal sesuai dengan standar yang ada.
“Berdasarkan informasi juga pasien meninggal di jalan saat akan dirujuk ke rumah sakit. Tapi dari informasi ini, kami tetap akan terus berkoordinasi dengan pihak rumah sakit,” jelas Dintje Kojong.
(Hendra Usman)