WORAN – Bagi para petualang alam bebas Tebing Kilo 3 Amurang sudah tidak asing lagi bagi mereka, dimana daya tarik batu dinding biasa disebut demikian, sangat mengagumkan. Kontur batu menjulang tinggi begitu apik tersusun bagaikan susunan tangga terbalik, mengagumkan memang melihat fenomena alam ciptaan Tuhan yang maha besar ini.
Batu dinding yang terletak di Desa Kilometer Tiga, Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) cukup mudah dijangkau. Hanya berjarak kurang lebih 4,5 Kilometer dari pusat kota Amurang. Tebing kilo 3 ini memiliki keunikan tersendiri dibanding dinding yang ada didunia sekalipun. Pasalnya dinding yang memiliki ketinggian sampai 90 meter ini, berupa batu sungai tertata rapih dan menjulang tinggi. Sangat baik untuk menunjang sektor pariwisatan Minsel.
Namun sayangnya lokasi tersebut pada umumnya hanya dikunjung penggiat alam saja. Padahal jika pemerintah menseriusikelolah lokasi ini sebagai salah satu tujuan wisata. Bukan tidak mungkin wisatawan mancanegara khusus penggiat olah raga menantang Panjat Tebing (Rock Climbing) yang terbilang angat banyak akan melirik potensi Batu Dinding ini.
Jika anda berkeinginan berkunjung di Tebing Kilo 3 Amurang, biasanya melewati perkampungan Desa Kilometer Tiga yang asri. Masyarakat disana selain ramah, mereka juga sudah sangat mengenal keberadaan Batu Dinding sejak tahun 1986.
Ditemukan oleh Mahasiswa Pencinta Alam (MPA) Apostholos UKI Tomohon. Berawal dari Frangky ‘Kengkang’ Kowaas salah satu penggiat alam yang cukup dikenal di nusantara mengarungi Sungai Ranoyapo mulai dari hulu Sungai Ranoyapo, dan mereka terhenti tepatnya di depan tebing tersebut. Pada waktu itu mereka belum mengetahui teknik memanjat (climbing). Lalu mereka mengundang salah satu pemanjat tebing dari Bandung untuk melatih mereka.
Saat itulah mereka melakukan pemanjatan awal hingga berbulan bahkan bertahun-tahun lamanya. Merekalah yang mengenalkan beberapa jalur pemanjatan tebing yang diberikan nama antara lain, jalur ofu, jalur spider, jalur ratapan, jalur malaria, jalun clim or Swim (COS), jalur hang dog. Dan beberapa jalur lainya diciptakan oleh generasi berikutnya yakni Jalur teri, jalur tragedy.
Perlu diketahui, meski hanya di level Asia, salah satu jebolan Tebing kilo 3 Amurang, Ronald Mamarimbing pernah menjuarai kejuaraan panjat tebing tingkat asia. Hingga kini, Onal sapaanya masih aktif dalam dunia Rock Climbing. (ape)
WORAN – Bagi para petualang alam bebas Tebing Kilo 3 Amurang sudah tidak asing lagi bagi mereka, dimana daya tarik batu dinding biasa disebut demikian, sangat mengagumkan. Kontur batu menjulang tinggi begitu apik tersusun bagaikan susunan tangga terbalik, mengagumkan memang melihat fenomena alam ciptaan Tuhan yang maha besar ini.
Batu dinding yang terletak di Desa Kilometer Tiga, Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) cukup mudah dijangkau. Hanya berjarak kurang lebih 4,5 Kilometer dari pusat kota Amurang. Tebing kilo 3 ini memiliki keunikan tersendiri dibanding dinding yang ada didunia sekalipun. Pasalnya dinding yang memiliki ketinggian sampai 90 meter ini, berupa batu sungai tertata rapih dan menjulang tinggi. Sangat baik untuk menunjang sektor pariwisatan Minsel.
Namun sayangnya lokasi tersebut pada umumnya hanya dikunjung penggiat alam saja. Padahal jika pemerintah menseriusikelolah lokasi ini sebagai salah satu tujuan wisata. Bukan tidak mungkin wisatawan mancanegara khusus penggiat olah raga menantang Panjat Tebing (Rock Climbing) yang terbilang angat banyak akan melirik potensi Batu Dinding ini.
Jika anda berkeinginan berkunjung di Tebing Kilo 3 Amurang, biasanya melewati perkampungan Desa Kilometer Tiga yang asri. Masyarakat disana selain ramah, mereka juga sudah sangat mengenal keberadaan Batu Dinding sejak tahun 1986.
Ditemukan oleh Mahasiswa Pencinta Alam (MPA) Apostholos UKI Tomohon. Berawal dari Frangky ‘Kengkang’ Kowaas salah satu penggiat alam yang cukup dikenal di nusantara mengarungi Sungai Ranoyapo mulai dari hulu Sungai Ranoyapo, dan mereka terhenti tepatnya di depan tebing tersebut. Pada waktu itu mereka belum mengetahui teknik memanjat (climbing). Lalu mereka mengundang salah satu pemanjat tebing dari Bandung untuk melatih mereka.
Saat itulah mereka melakukan pemanjatan awal hingga berbulan bahkan bertahun-tahun lamanya. Merekalah yang mengenalkan beberapa jalur pemanjatan tebing yang diberikan nama antara lain, jalur ofu, jalur spider, jalur ratapan, jalur malaria, jalun clim or Swim (COS), jalur hang dog. Dan beberapa jalur lainya diciptakan oleh generasi berikutnya yakni Jalur teri, jalur tragedy.
Perlu diketahui, meski hanya di level Asia, salah satu jebolan Tebing kilo 3 Amurang, Ronald Mamarimbing pernah menjuarai kejuaraan panjat tebing tingkat asia. Hingga kini, Onal sapaanya masih aktif dalam dunia Rock Climbing. (ape)